Saya juga sedang belajar hal ini.
Untuk tidak selalu merasa terburu-buru, dikejar-kejar waktu, pikiran penuh pekerjaan menumpuk, panikan serta khawatir.
Sifat atau perasaan itu dalam istilah medis dapat disebut juga sebagai 'hurry sickness' atau perasaan harus selalu tergesa-gesa, sebuah gejala yang dicetuskan oleh Dr. Meyer Friedman, seorang dokter spesialis jantung. Bahkan, menurut beliau, sebagian besar pasiennya menunjukkan pola hidup yang hampir sama semua, yakni buru-buru tingkat akut (chronic rush).
Selanjutnya, hurry sickness merupakan perilaku yang ditandai kesibukan, rasa cemas, serta urgensi atau keharusan yang mendesak yang terus-menerus. Kemudian, merasa tidak enak badan seperti migrain dan lainnya, kekurangan waktu, serta bersalah ataupun bingung apabila ada penundaan, sehingga cenderung mesti melakukan setiap tugas secara cepat.
Akibatnya, kita menjadi mudah emosional maupun sebaliknya kurang berempati, oversensitif atau "baper", prioritas yang tidak teratur—di tempat kerja memikirkan rumah; sesampainya di tempat tinggal malah tidak jeda mengurus perihal kantor—sering ingin "hiling" ataupun menghilang dari aktivitas misalnya di Zoom, relasi yang berharga, serta hal kurang bermanfaat lainnya. Itulah beberapa dampak yang dipaparkan juga dalam buku The Ruthless Elimination of Hurry karya Ps. John Comer.
Maukah kita untuk belajar sejenak menenangkan diri, percaya pada Allah, mengikutsertakan Dia dalam setiap apa yang kita kerjakan, sembari melakukan yang terbaik semampu kita?
Sebab, sering kali kita perlu menjadi tenang dan perlahan-lahan. Mobil balap Formula 1 pun tidak dapat terus-menerus menancap gas, bukan? Perlu pit stop, mengerem saat tikungan tajam, dan memperhatikan keadaan sekitar saat hujan deras.
Mazmur 62:1-2 (KSKK), "Jiwaku menemukan istirahat hanya dalam Allah; dari pada-Nya datang keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku: bersama Dia sebagai bentengku, aku tidak akan dikalahkan."
God, the one and only--I'll wait as long as he says. Everything I need comes from him, so why not? He's solid rock under my feet, breathing room for my soul. An impregnable castle: I'm set for life. (MSG)
Kepada pemimpin koor, Yedutun. Nyanyian Daud. Aku harus tenang dan berbalik kepada Allah. Hanya Dia yang dapat menyelamatkan aku. Dialah Batu karangku, satu-satunya yang menyelamatkan aku. Dialah tempat perlindunganku, dan tidak ada tentara yang dapat mengalahkan aku. (VMD)
~ FG