Seorang teman pernah memanaskan sebuah makanan atau camilan berupa wingko babat di dalam microwave, karena sempat mengeras setelah ditaruh di dalam kulkas beberapa saat lamanya.
Namun, mungkin karena terlalu lama dipanaskan di microwave, akhirnya camilan tradisional itu menjadi gosong, bahkan sampai mengepulkan asap.
Bahkan, teman saya tersebut sampai harus membuka jendela ruangan agar asap maupun aromanya tidak menetap berlama-lama di dalam ruangan.
Sebenarnya, meski bau hangus dan berasap, aroma dari wingko tersebut menurut saya cukup enak serta wangi. Namun, mungkin karena merasa sungkan, maka ia mengusahakan agar asap maupun aromanya segera hilang.
Bicara aroma, sesungguhnya kehidupan kita pun dapat ibarat menjadi aroma yang harum bagi banyak orang apabila menjadi berkat serta dampak yang baik, walau bisa saja ada pihak-pihak yang kurang menyukai ataupun mengomentari secara negatif.
2 Korintus 2:15 (FAYH), "Bagi Allah, kami merupakan bau harum yang menyegarkan, yaitu keharuman Kristus yang ada di dalam kami, dan yang tercium oleh orang-orang di sekitar kami, baik yang sudah diselamatkan maupun yang belum."
Because of Christ, we give off a sweet scent rising to God, which is recognized by those on the way of salvation--an aroma redolent with life. (MSG)
In fact, God thinks of us as a perfume that brings Christ to everyone. For people who are being saved, this perfume has a sweet smell and leads them to a better life. But for people who are lost, it has a bad smell and leads them to a horrible death. No one really has what it takes to do this work. (CEV)
Sudahkah kita menjadi aroma harum yang selayaknya bagi orang-orang di sekitar kita dan membawa kemuliaan hanya bagi nama Tuhan Yesus? Ataukah kehidupan kita malah menjadi batu sandungan?
Kiranya kita dapat tetap menjadi berkat serta dampak bagi banyak orang, terutama yang terdekat dengan kita.
~ FG