Kita tahu, Allah membenci orang yang sombong, bahkan kemungkinan mendatangkan penghukuman. Nah jika demikian, pertanyaannya, maukah kita merendahkan diri di hadapan-Nya?
Ps. Jason Ong, yang sempat mengalami sakit kanker di bagian kepala selama sepuluh tahun, serta mukjizat kesembuhan dari Tuhan, pernah mengatakan, "Jika pikiran kita dikuasai oleh kehendak diri sendiri, kita akan cemas serta khawatir, penuh rasa takut, gelisah, dan tidak mau melakukan firman Tuhan. Namun, jika mau merendahkan diri di bawah kendali Roh Kudus supaya menguasai pikiran serta menyerahkan kehendak kita, kita akan merasa tenang."
1 Petrus 5 : 6 (TSI), "Karena itu, apa pun yang terjadi, rendahkanlah hatimu di hadapan Allah Yang Mahakuasa, maka pada waktu Dia berkenan, Dia akan meninggikan kamu."
Apabila Saudara mau merendahkan diri di bawah tangan Allah Yang Mahakuasa, maka pada waktunya Ia akan meninggikan Saudara. (FAYH)
Therefore humble yourselves [demote, lower yourselves in your own estimation] under the mighty hand of God, that in due time He may exalt you. (AMP)
Saat susah maupun senang, saat ada masalah maupun berkemenangan, saat bergumul maupun menerima berkat, marilah belajar bersyukur dan rendah hati. Lagipula, apa pun yang kita miliki, bukankah sesungguhnya itu semua dari-Nya? Lalu, di balik sejuta alasan untuk tidak mengucap syukur, sesungguhnya masih ada dua juta alasan untuk tetap bersyukur.
Matius 5 : 3 (AMD), "Betapa bahagianya orang-orang yang tahu bahwa mereka mempunyai kebutuhan rohani, karena Kerajaan surga adalah milik mereka."
Blessed (happy, to be envied, and spiritually prosperous—with life-joy and satisfaction in God's favor and salvation, regardless of their outward conditions) are the poor in spirit (the humble, who rate themselves insignificant), for theirs is the kingdom of heaven! (AMP)
You're blessed when you're at the end of your rope. With less of you there is more of God and his rule. (MSG)
~ FG