Ada orang-orang yang mungkin suka mengamati langit, maupun mempelajari benda-benda luar angkasa sana. Namun, pernahkah kita juga mencoba membandingkan antara semua karya ciptaan Tuhan itu dengan kehidupan kita yang kecil, tidak sempurna, serta sering kali berbuat salah ini?
Ayub 35:5-7, "Arahkan pandanganmu ke langit dan lihatlah, perhatikanlah awan-awan yang lebih tinggi dari padamu! Jikalau engkau berbuat dosa, apa yang akan kaulakukan terhadap Dia? Kalau pelanggaranmu banyak, apa yang kaubuat terhadap Dia? Jikalau engkau benar, apakah yang kauberikan kepada Dia? Atau apakah yang diterima-Nya dari tanganmu?"
Bahwa betapa pun Ayub dikatakan sebagai orang yang saleh, bahkan tidak hanya itu melainkan juga jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan --menjauhi kejahatan, suatu hal yang mungkin hari-hari ini malah dijauhi oleh orang-orang-- dan tidak ada orang yang seperti dia pada zamannya, tetap saja ia harus tunduk, takluk sebagai umat yang diciptakan Allah, maupun memiliki banyak kelemahan.
Demikian pula dalam keberadaan kita saat ini, yang mungkin sudah merasa berbuat baik sehari-hari, seolah-olah tidak pernah satu kali pun berlaku atau berbuat salah terhadap Allah maupun kepada sesama, tetapi apakah begitu kebenarannya? Dan apakah kita senantiasa rela untuk tunduk, takluk, dan taat pada-Nya, terutama ketika Ia menyatakan sesuatu supaya kita lakukan maupun turuti? Hanya kita masing-masing yang mengetahui jawabannya, bukan?
Hari ini kita belajar, kita terlalu kecil dan tidaklah sempurna. Sering melakukan kesalahan, dan mungkin berbuat dosa yang entah kita sadari ataupun tidak. Namun, jika kita secara sadar hendak berbuat dosa, ingatlah bahwa Allah bukannya tanpa perasaan, sebab hati-Nya bisa saja dilukai apabila kita menolak kasih-Nya, tuntunan-Nya, berbalik melawan Dia, dan memilih berdosa.
Sebaliknya, saat kita mau sungguh-sungguh mengiring Dia dengan kasih, ketaatan, dan kesetiaan, kita menyenangkan hati-Nya. Dan Ia sendiri yang akan memperhatikan, merangkul, mengasihi --dengan kasih yang melebihi kasih seorang ibu (Yes. 49:15)-- menyelamatkan, memberkati, mengangkat, dan menggendong kita.
Efesus 4:30 (TSI), "Selain itu jangan sampai cara hidupmu membuat Roh Kudus bersedih hati. Karena Roh itu merupakan bukti bahwa kamu adalah milik Allah, dan Roh Kudus juga menjamin keselamatanmu pada hari kita dibebaskan dari dunia yang gelap ini."
Janganlah melakukan atau mengatakan sesuatu yang membuat Roh Allah menjadi sedih. Ingatlah bahwa Roh Allah yang ada pada kalian menunjukkan bahwa kalian adalah milik Allah. Dengan Roh itu juga, kalian mempunyai kepastian bahwa Allah akan membebaskan kalian dari kesalahan apabila waktunya sudah tiba. (BSD)
Don't grieve God. Don't break his heart. His Holy Spirit, moving and breathing in you, is the most intimate part of your life, making you fit for himself. Don't take such a gift for granted. (MSG)
~ Deliana Marpaung, MTh