Masih ada pergumulan, masih ada masalah --selesai masalah yang ini, muncul masalah yang itu, atau belum selesai yang satu, sudah menambah yang baru-- masih ada sakit, dan berbagai perjuangan hidup yang lainnya.
Karena kita tahu, memang selama kita masih berada di dalam "kemah" tubuh di dunia ini, kita masih akan bergumul.
2 Korintus 5:4, "Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup."
For while we are still in this tent, we groan under the burden and sigh deeply (weighed down, depressed, oppressed)--not that we want to put off the body (the clothing of the spirit), but rather that we would be further clothed, so that what is mortal (our dying body) may be swallowed up by life [after the resurrection]. (AMP)
Tetapi, yang lebih penting ialah, apakah kita akan mengandalkan dan memperlibatkan Tuhan dalam segala hal serta setiap aspek hidup kita, ataukah malah mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri sendiri? Akankah kita tetap mau menyembah Dia dan bersyukur, sekalipun mengalami berbagai tantangan yang berat dalam kehidupan, ataukah hanya berkeluh-kesah dan bersungut-sungut sepanjang waktu?
Pilihan pertama akan membuat dan membantu kita untuk dapat bersukacita dan memiliki hati yang berharap serta tenang. Sedangkan, pilihan yang kedua pada akhirnya akan melemahkan, tidak ada damai sejahtera, dan tanpa jalan keluar yang dari Dia.
If I have to "brag" about myself, I'll brag about the humiliations that make me like Jesus. (2 Kor. 11:30 MSG)
For that reason, whenever I am weak, or when people insult me, or when I have to endure hardships, or when I am persecuted {people cause me to suffer} or when I am in situations that distress me, I am content because I am serving Christ. I can say that because at any time when I myself am weak, that is the very time when Christ powerfully helps me. (2 Kor. 12:10)
~ FG