Tentu kita ingin menjadi orang yang berhasil. Ataukah tidak?
Kita telah mengerti kemarin mengapa Uzia mengalami keberhasilan, yakni karena ia mau hidup takut akan Allah, mencari Dia senantiasa, serta melakukan apa yang benar di hadapan-Nya.
Namun sayangnya, pada akhirnya ia terjatuh dalam kegagalan. Apa penyebabnya? Ada beberapa hal. Walau ia melakukan semua hal baik yang disebutkan di atas, namun sepertinya ia mengerjakannya hanya karena melihat Amazia ayahnya maupun nabi Zakharia mentor rohaninya.
Tanpa memiliki pengalaman pribadi yang sungguh-sungguh dengan Tuhan, maka ketika teladan yang dilihatnya telah tiada, ia condong berbuat serong. Selain itu, manusia serohani apa pun tampaknya dari luar, pasti masih memiliki kekurangan serta kelemahan, bahkan berpotensi menyimpang dari kebenaran. Karena itulah, kita masing-masing perlu memiliki pengenalan maupun hubungan serta pengalaman secara pribadi dengan Tuhan Yesus.
Yang paling parah, penyebab kegagalannya—maupun risiko bagi kita semua, khususnya sebagai anak-anak Tuhan—ialah ia tidak lagi mengandalkan Allah. Melainkan, ia malah menjadi tinggi hati, merasa semua keberhasilannya maupun kemampuannya adalah hanya oleh kekuatan serta dirinya sendiri. Ia lupa akan Tuhan.
2 Tawarikh 26 : 15 – 16, "Ia membuat juga di Yerusalem alat-alat perang, ciptaan seorang ahli, yang dapat menembakkan anak panah dan batu besar, untuk ditempatkan di atas menara-menara dan penjuru-penjuru. Nama raja itu termasyhur sampai ke negeri-negeri yang jauh, karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat. Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan."
Ia juga membuat peralatan perang yang khusus di Yerusalem, hasil penemuan para ahli, untuk menembakkan anak panah dan batu-batu besar dari menara-menara dan dari benteng-benteng. Demikianlah Raja Uzia menjadi sangat termasyhur, karena TUHAN telah menolong dia secara ajaib sehingga ia menjadi sangat berkuasa. Tetapi, ketika ia sudah kuat, ia menjadi sombong dan jahat. Ia berbuat dosa terhadap TUHAN Allah karena ia memasuki tempat yang kudus serta terlarang dalam Bait Allah, untuk membakar kemenyan di atas mezbah pembakaran ukupan. (FAYH)
He also installed the latest in military technology on the towers and corners of Jerusalem for shooting arrows and hurling stones. He became well known for all this--a famous king. Everything seemed to go his way. But then the strength and success went to his head. Arrogant and proud, he fell. One day, contemptuous of GOD, he walked into The Temple of GOD like he owned it and took over, burning incense on the Incense Altar. (MSG)
Congkak, berbuat apa yang jahat di mata-Nya, serta tidak lagi mengandalkan Tuhan. Itulah "rahasia kegagalan" yang pasti. Janganlah sampai kita melakukan serta mengalaminya.
~ FG