Pada 1864, seorang misionaris bernama Damien de Veuster berlayar menuju Hawaii, menggantikan saudaranya yang terserang penyakit tipus.
Setelah sembilan tahun disertai berbagai kesulitan untuk melakukan pekerjaan misionaris di sana, Damien de Veuster kemudian melayani di pulau Molokai, tempat atau lokasi bagi orang-orang yang berpenyakit kusta.
Ia menjalani berbagai tugas sebagai perawat sekaligus dokter, tukang batu dan bangunan, mengurus pemakaman, membuat peti mati, bahkan menggali kubur. Beliau juga mengelola dua panti asuhan di pulau Molokai. Dalam tiap ibadah Minggu, Damien selalu memulai khotbah dengan berkata, "Kalian orang-orang berkusta tahu bahwa Allah mengasihmu."
Kalian orang-orang berkusta … seolah ia belum dapat benar-benar berempati terhadap mereka, meskipun ia melayani mereka.
Hingga suatu hari, Damien sendiri tertular penyakit kusta! Maka, pada ibadah-ibadah Minggu berikutnya, ia menyampaikan firman Tuhan dengan mengatakan, "Kita orang-orang berkusta tahu bahwa Allah mengasihi kita."
Kita orang-orang berkusta.
Empatinya mulai muncul, dan benar-benar mengerti serta mengasihi mereka, turut merasakan seperti apa rasanya realitas berada di sepatu mereka.
Tuhan Yesus pun dapat merasakan kepedihan. Ia berempati terhadap setiap kita. Mungkin kita tidak mengalami penyakit kusta jasmani, namun mungkin masih banyak di antara kita yang menderita "sakit kusta secara rohani". Namun, Allah mengasihi kita, seperti yang pernah disampaikan oleh hamba-Nya, Damien de Veuster. Ia rindu supaya kita bertobat, hidup sungguh-sungguh melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya.
Ibrani 4:15 (TSI), "Meskipun Imam Agung kita itu ada di surga, Dia bisa turut merasakan semua kelemahan kita, karena Dia pernah hidup di dunia ini dan mengalami segala macam pencobaan sama seperti kita. Bedanya, Dia tidak pernah berdosa."
For we do not have a High Priest Who is unable to understand and sympathize and have a shared feeling with our weaknesses and infirmities and liability to the assaults of temptation, but One Who has been tempted in every respect as we are, yet without sinning. (AMP)
We don't have a priest who is out of touch with our reality. He's been through weakness and testing, experienced it all--all but the sin. (MSG)
~ FG