Tentu kita tahu sepenggal lirik lagu berikut ini:
Lebih dari segalanya ku ingin Kau Tuhan
Mas, perak dan permata tiada artinya
Ku ingin lebih dekat bersekutu dengan-Mu
Jadikanku hamba setia kepada-Mu
Namun, sungguhkah demikian adanya? Kita menginginkan Dia lebih dari segalanya, dan hadirat-Nya adalah hal yang sangat berarti bagi kita? Ataukah justru kita hanya cenderung mengejar serta melakukan kehendak kita sendiri?
Jika melihat teladan Abraham, ia sungguh-sungguh mempraktikkan imannya. Ia hanya mengandalkan serta menaati kehendak Allahnya (Kejadian 22 : 1 – 19).
Menurut penjelasan Full Life Note, kita dapat belajar dari ujian Abraham bahwa
Berjalanlah dalam terang firman-Nya setiap hari, menyenangkan hati-Nya, dan hanya berharap pada-Nya. Maukah kita melakukannya?
Mazmur 62 : 1 b, "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku."
AKU berdiam diri di hadapan TUHAN dan menantikan Dia untuk melepaskan aku. Karena keselamatan datang dari Dia semata-mata. (FAYH)
God, the one and only--I'll wait as long as he says. Everything I need comes from him, so why not? (MSG)
Yesaya 30 : 15b, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu."
Bertobatlah dan tetaplah tenang, maka kamu akan Kuselamatkan. Percayalah kepada-Ku dengan hati yang tentram, maka kamu akan Kukuatkan. (BIS)
Your salvation requires you to turn back to me and stop your silly efforts to save yourselves. Your strength will come from settling down in complete dependence on me. (MSG)
Lord, I give You my heart, I give You my soul, I live for You alone. Every breathe that I take, every moment I'm awake, Lord have Your way in me. (Ku b'rikan hatiku dan jiwaku, semuanya bagi-Mu. Di dalam hidupku, di setiap waktu, nyatakan jalan-Mu).
~ FG