Kita mungkin tahu blind spot berkaitan dengan perihal berkendara, yakni area pandangan pengemudi atau pengendaranya yang tidak dapat melihat secara baik, aman maupun menyeluruh terhadap suatu zona pandang tertentu dalam perjalanannya.
Namun, sesungguhnya istilah maupun keadaan blind spot atau "titik buta" tersebut juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa? Sebab, menurut seorang pakar kepemimpinan Dr. John C. Maxwell, sering kali kita mengalami hal itu, yaitu ketidakmampuan ataupun ketidakmauan untuk melihat, menyadari serta mengakui kekurangan, kesalahan, maupun kelemahan kita sendiri. Terutama, secara sadar sepenuhnya dan sesuai realitas.
Misalnya, tidak merasa egois padahal sangat egois. Dan contoh lainnya.
Dr. John C. Maxwell bahkan menyatakan, jika kita merasa tidak memiliki blind spot, justru itulah blind spot atau "titik buta" kita.
Kemudian, salah satu penyebab blind spot adalah karena perspektif yang subjektif atau sudut pandang dari sisi kita saja dan enggan melihat, mengamati, menyadari dari sisi hal ataupun orang lain. Selain itu, merasa diri selalu yang paling benar dan tidak pernah salah.
Bagaimana dengan kita saat ini?
Karena itu, perlu kita mendengarkan nasihat orang lain, terutama mereka yang mengasihi serta mempedulikan demi kebaikan serta kemajuan kita—dalam hal ini suami, istri, sahabat, mentor, hamba Tuhan, dan lainnya. Terutama, dari firman-Nya yang merupakan kacamata serta cermin terbaik untuk melihat dan mengaca keberadaan maupun karakter kita yang sesungguhnya.
"If the only tool you have is a hammer, you tend to see every problem as a nail." ~ Larry Stephens
TUHAN mengutus Nabi Natan untuk menemui Daud. Nabi Natan berkata kepada Daud, "Ada dua orang yang tinggal di sebuah kota, yang seorang sangat kaya dan yang seorang lagi sangat miskin. Si kaya memiliki banyak kambing domba dan lembu sapi; sedangkan si miskin tidak memiliki apa-apa, kecuali seekor anak domba betina yang mungil. Anak domba itu telah dibelinya dan menjadi binatang kesayangannya. Dia dan anak-anaknya memberinya makan dari piringnya dan minum dari cangkirnya. Ia menyayanginya dan memangkunya seperti putrinya sendiri. Pada suatu hari orang kaya itu kedatangan tamu. Untuk menjamu tamunya ia tidak mau menyembelih anak dombanya atau salah satu hewan peliharaannya sendiri, melainkan ia merampas anak domba milik orang miskin itu dan memasaknya. Lalu ia menyajikannya kepada tamunya." (2 Samuel 12 : 1 – 4, FAYH)
TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Natan pergi kepada Daud serta mengatakan, "Ada dua orang laki-laki dalam satu kota, yang satu orang kaya, sedangkan yang lainnya miskin. Yang kaya itu memiliki banyak domba dan sapi. Yang miskin tidak mempunyai apa-apa kecuali seekor domba betina kecil yang dibelinya. Domba itu dipeliharanya sampai besar bersama anak-anaknya. Domba itu diberi makan oleh pemiliknya, minum dari gelasnya, tidur dalam pangkuannya. Hewan itu seperti anaknya sendiri. Pada suatu hari seorang tamu mengunjungi lelaki yang kaya itu. Orang kaya itu merasa sayang untuk mengambil seekor dari domba atau sapinya untuk dipotong dan dimasak bagi tamu itu, lalu diambilnya domba milik si miskin itu, disembelihnya, dan dimasak untuk disajikan kepada tamunya. (VMD)
~ FG