Jason W. Brown adalah seorang mantan pemain football profesional. Ia pernah menerima kontrak senilai 37,5 juta dolar AS atau hampir setara 550 miliar rupiah. Rumah megah, hidup mewah, semua pernah.
Namun, ternyata jauh di lubuk hatinya, ia tak merasakan kepuasan terdalam atau sejati yang hanya bisa diisi oleh Allah. Lantas, di usianya yang ke-27 tahun, ia mulai merenungkan arti hidup yang sesungguhnya.
Sambil mengenang kematian kakak laki-lakinya yang gugur saat berdinas di Irak pada 2003 silam, ia berkata, "I wasn't happy about what I saw in the mirror because 27 was the same age that Lunsford was slain in service" (Aku tak bahagia dengan siapa yang aku lihat di cermin, sebab di usiaku yang sekarang ini, kakakku tewas dalam pertempuran).
"I began to measure up my life and everything I had accomplished over 27 years in contrast to Lunsford's life," lanjutnya, "There was no comparison. He had lived a life of service, while I was living a life of selfishness and entertainment." Ia mulai membandingkan antara kehidupannya dengan kakaknya selama 27 tahun yang telah berlalu. Ia menyadari sesungguhnya tiada bandingnya dengan pengorbanan kakaknya itu, sementara ia sendiri masih memilih hidup dalam pesta pora serta kepentingan diri sendiri.
Ia mulai berdoa dan membuka hatinya kepada Tuhan. Dan Ia pun menjawab doanya, "Feed my people" (Berilah makan umat-Ku). Itulah yang ia kerjakan. Dengan dana yang masih ada, ia membeli sebuah lahan untuk pertanian. Meski belum mengerti apa yang hendak dikerjakan, namun ia tetap melangkah dalam iman. Bersama istrinya, ia pun melakukan sesuatu yang lebih bermakna dalam hidupnya dan bagi banyak orang, terutama mereka yang membutuhkan.
Meski banyak orang, bahkan rekan-rekan terdekat yang mengkritik keputusannya, bahkan mengejek, namun Jason hanya tetap mengarahkan pandangannya kepada Tuhan Yesus serta rancangan dan kehendak-Nya.
Bayangkan, dari atlet dengan bayaran selangit, mau turun bercocok tanam.
Bagaimana dengan kita? Perlu bijak serta sungguh-sungguh berdoa memohon hikmat dan tuntunan dari-Nya, sebab di manapun dan apa pun yang kita kerjakan saat ini dapat disyukuri serta menjadi alat-Nya. Catatan Full Life menjelaskan, dalam Perjanjian Lama, kekayaan kadang-kadang diberikan sebagai upah kesetiaan. Sebaliknya, di Perjanjian Baru, kekayaan pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang mungkin menghalangi hidup rohani dan penyerahan kepada Allah.
Mari doakan agar Jason maupun orang-orang lainnya yang memilih jalan hidup dari Tuhan dapat tetap setia, bersemangat, dan hanya mengandalkan Tuhan. Saat memilih jalan hidup dari Tuhan bagi kita masing-masing, kehidupan kita akan memiliki tujuan, energi, dan tidak pernah sia-sia. Meski tak mudah, dan sering kali menjalani panggilan serta mengikuti kehendak-Nya takkan pernah mudah, namun pastilah selalu berharga, berdampak, dan bermahkotakan kemenangan di surga.
Kejadian 26 : 12, "Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN."
Tahun itu hasil panen Ishak luar biasa banyaknya, seratus kali lipat daripada yang telah ditaburnya, karena TUHAN memberkati dia. (FAYH)
1 Samuel 16 : 7 (VMD), "TUHAN berkata kepada Samuel, "Eliab memang memiliki tubuh yang tinggi dan tampan, tetapi bukan dia yang Kupilih. Manusia melihat hanya dari segi lahiriahnya saja, tetapi TUHAN melihat hatinya. Eliab bukanlah orang yang tepat."
Tetapi TUHAN berkata kepada Samuel, "Janganlah menilai orang dari rupanya atau tinggi badannya, karena bukan dia yang Kupilih. Manusia menilai dari apa yang dilihatnya, tetapi Aku menilai apa yang ada dalam pikiran dan hati orang." (FAYH)
"I don't want to leave a legacy. I don't care if they remember me, only Jesus. And I've only got one life to live, I'll let every second point to Him, only Jesus." ~ Casting Crowns
~ FG