Mudah untuk dibaca, tetapi sulit dilakukan. Apa itu? Mau menerima yang baik dan buruk.
Ayub 2 : 10 (BIS), "Jawab Ayub, 'Kaubicara seperti orang dungu! Masakan kita hanya mau menerima apa yang baik dari Allah, sedangkan yang tidak baik kita tolak?' Jadi, meskipun Ayub mengalami segala musibah itu, ia tidak mengucapkan kata-kata yang melawan Allah."
Ayub menjawab istrinya, "Engkau berbicara seperti perempuan bodoh. Allah telah memberikan yang baik kepada kita, dan kita telah menerimanya, jadi kita juga harus menerima kesusahan dan tidak mengeluh." Dalam semuanya itu, Ayub tidak berdosa. Ia tidak menyalahkan Allah yang melakukan sesuatu yang salah. (VMD)
He told her, "You're talking like an empty-headed fool. We take the good days from God--why not also the bad days?" Not once through all this did Job sin. He said nothing against God. (MSG)
Bagaimanakah dengan kecenderungan hati kita saat menerima maupun mengalami sesuatu yang kurang baik? Ketika sejumlah hal tidak selaras dengan rencana, harapan serta keinginan kita, sementara sebaliknya situasi sedang menuntut kita untuk berjalan sesuai semuanya itu.
Seperti beberapa waktu lalu, istri saya sedang mengalami sakit, padahal sangat ingin mengajari putri kami yang menghadapi ujian di sekolah dasarnya. Beliau sendiri berkata secara jujur, "Rasanya ingin sih marah atau kecewa ke Tuhan, tetapi aku mau belajar berserah, percaya, sama mengandalkan rencana-Nya saja."
Full Life Notes mengimbau, orang percaya sejati mesti mempersiapkan diri untuk diuji oleh Allah melalui kesengsaraan maupun menerima yang baik dari tangan-Nya. Mempercayai Allah tidaklah berarti bahwa Dia senantiasa akan membebaskan kita dari kesulitan, demikian pula kesetiaan pada Allah tidak menjamin kemakmuran ataupun keberhasilan semata. Ketika datang kesukaran, jika tidak merasa ada dosa atau pemberontakan yang melawan Allah dalam hati, kita harus menyerahkan segala sesuatunya, bahkan jiwa ini kepada Allah. Beriman ke Tuhan sebagai Allah yang pengasih, di tengah-tengah pencobaan dan penindasan, mengungkapkan kemenangan sempurna dari iman.
Ujian hidup memurnikan kesalehan kita.
John Utley pun pernah mengingatkan, dalam Alkitab, sesungguhnya hikmat merupakan sebuah kebajikan rohani, sedangkan kebodohan—yang dimaksud Ayub terhadap istrinya yang menyarankan mengutuki Allah secara langsung atau dalam hati dan pikiran—bukanlah soal kurangnya ketajaman intelektual, melainkan kehidupan yang tanpa prinsip sejati dan teguh, serta tidak mengenal Allah.
Marilah belajar mengikut, melayani, menaati dan mengasihi Allah tanpa pamrih, selain demi Allah sendiri. Bukan sekadar berkat-Nya, melainkan mengejar Pribadi-Nya. Tak cuma menerima kebaikan dan perbuatan tangan-Nya, tetapi juga mau semakin mengenal isi hati-Nya.
Ayub 2 : 9 (FAYH), "Maka berkatalah istri Ayub kepadanya, 'Masih jugakah engkau tetap saleh, padahal Allah telah menimpakan semua malapetaka ini ke atas dirimu? Kutukilah Allah, lalu matilah!'"
Istrinya berkata kepadanya, "Apakah engkau masih setia dalam imanmu? Mengapa engkau tidak mengutuk Allah lalu mati?" (VMD)
His wife said, "Still holding on to your precious integrity, are you? Curse God and be done with it!" (MSG)
~ FG