Mazmur 150 : 1 – 6, "Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!"
Mazmur 150 ialah pasal serta ayat-ayat terakhir pada kitab tersebut, yang mengundang kita untuk memuji Allah.
Setidaknya, ada tiga belas kali dalam enam ayat singkat tersebut untuk kita diajak memuji Allah. Haleluya, praise the Lord, pujilah Tuhan. Memuji Dia sesungguhnya merupakan kehormatan yang besar dan akan membuat kita semakin mengandalkan Dia.
Pujian kepada-Nya tidak terbatas ruang. Kita dapat memuji Allah dengan melihat dan mengingat kebesaran, kebaikan, serta segala sesuatu yang telah Ia perbuat dalam kehidupan kita.
Baik Mazmur terakhir ini maupun yang pertama (Mazmur 1) mempunyai jumlah ayat yang sama, tetapi tujuannya berbeda. Mazmur pertama mengajarkan kewajiban untuk mempersiapkan kita menerima penghiburan dari ibadah kita. Mazmur yang terakhir (pasal 150) merupakan luapan hati dan sukacita, yang kemungkinan ditulis sebagai penutup guna menunjukkan rancangan dalam seluruh kitab itu, yaitu memuji Allah.
Pun sesungguhnya, alunan nada atau musik terbaik di telinga Allah ialah hati yang taat, saleh, serta setia. Istilahnya (Latin), non musica chordula, sed cor, atau bukanlah sekadar senar yang merdu, melainkan lebih pada hati yang merdu. Dan selama masih ada napas yang berembus dalam hidup kita, marilah terus memuji Allah, sebelum napas yang terakhir kita embuskan.
Meski Mazmur 150 merupakan pasal terakhir dalam kitab suci itu, namun kiranya mazmur serta puji-pujian dari hidup kita bagi-Nya takkan pernah berakhir.
Sudahkah dan maukah kita memuji Allah hari ini?
~ FG