GBI PRJ (CK7)

Kita pernah membaca dari Lukas 17 : 11 – 19 tentang ketika Tuhan Yesus yang dalam perjalanan ke Yerusalem, menyusuri perbatasan Samaria dan Galilea, serta memasuki sebuah desa, sepuluh orang sakit kusta mendatangi Dia. Namun, mereka mesti berdiri jauh-jauh oleh karena sakitnya itu. Mengapa? Sebab, selain merupakan penyakit kulit yang mengerikan dan menular, pada masa itu orang-orang yang berpenyakit demikian tidak boleh dekat-dekat dengan orang yang sehat ataupun berada di kawasan masyarakat ramai sebelum mereka dinyatakan benar-benar sembuh.

Bahkan menurut agama Yahudi, orang yang mempunyai penyakit itu tidak layak beribadah kepada Tuhan. Padahal, ada yang lebih buruk daripada sakit kulit kusta, yakni "kusta dosa".

Namun, Yesus yang sangat mengetahui keadaan maupun isi hati mereka, maka ketika mereka berseru memohon belas kasih-Nya serta mukjizat kesembuhan, Ia hanya memerintahkan kepada mereka agar menuju para imam untuk memeriksa, menunjukkan serta mengesahkan bahwa mereka telah sembuh. Dan benarlah, sementara mereka sedang beranjak pergi, kesembuhan pun terjadi.

Seandainya pun bukan sepuluh, melainkan seribu ataupun selebihnya orang kusta yang datang kepada-Nya memohon kesembuhan dari-Nya, bahkan sekiranya cuma satu orang yang datang kepada Yesus, Ia pasti akan menanggapi permohonan dan seruan hati mereka. Ia pun mengharap serta menghendaki ketaatan terhadap perintah serta kehendak-Nya.

Sayangnya, dari sepuluh yang mengalami kesembuhan ilahi, satu orang saja, seorang asing warga Samaria—yang dianggap tidak baik dan dipandang hina oleh orang Yahudi—yang mau bersyukur kepada Allah seraya kembali ke arah Tuhan Yesus, tersungkur di kaki-Nya, dan bersujud di hadapan-Nya.

Bahkan, orang Samaria yang mengalami kesembuhan oleh karena iman dan percayanya tersebut memuji-muji Allah dengan suara nyaring, tidak bisik-bisik, tidak malu-malu.

Lukas 17 : 15 – 19, "Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: 'Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?' Lalu Ia berkata kepada orang itu: 'Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.'"

One of their number, when he saw that he was healed, turned round and praised God at the top of his voice, and then fell on his face before Jesus and thanked him. This man was a Samaritan. And at this Jesus remarked, "Weren't there ten men cured? Where are the other nine? Is nobody going to turn and praise God, except this stranger?" And he said to the man, "Stand up now, and go on your way. It is your faith that has made you well." (Phillips NT)

Mungkin kita pun tidak seperti sembilan orang—yang kemungkinan justru merupakan dari bangsa Yahudi—yang lupa mengucap syukur secara segera, melainkan setelah beberapa waktu lamanya ataupun berangsur-angsur tahun berlalu, kita mulai melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah Tuhan perbuat dalam hidup kita.

Bagaimana dengan kita akhir-akhir ini dan saat ini? Masihkah kita mau mengingat kebaikan Tuhan serta menyatakan rasa syukur kita melalui apa pun yang kita lakukan untuk menunjukkan hormat, kasih serta rasa takut akan Dia? Terutama karena Ia telah menebus, menolong, dan memulihkan kita dari hidup yang penuh "kusta dosa".  

Mazmur 103 : 2 (VMD), "Hai jiwaku, pujilah TUHAN, dan jangan lupa betapa baik Dia."

Ya, aku akan memuji TUHAN dan tidak melupakan segala kebaikan-Nya kepadaku. (FAYH)

Praise the LORD, I tell myself, and never forget the good things he does for me. (NLT)

~ FG