Sekilas humor. Pasangan suami-istri sedang berbincang tentang apa saja kekurangan maupun kelebihan masing-masing.
"Sayangku," ujar suami, "kekuranganmu hanya satu. Yaitu, kamu tidak punya kekurangan." Candanya dalam hati, padahal menurutnya ada juga kekurangan-kekurangan istrinya itu.
"Suamiku," tanggap sang istri, "kelebihanmu cuma satu. Yaitu, kamu punya banyak sekali kekurangan."
Ya, sering kali kita cenderung melihat dan menitikberatkan kekurangan, kelemahan ataupun kesalahan orang lain, lebih daripada menghargai maupun mendorong dan menyemangati kelebihan serta potensi mereka. Jarang kita berintrospeksi diri, lalu mulai sungguh-sungguh melakukan apa yang baik. Padahal, selama kita masih hidup di dunia ini, tidak ada orang yang sempurna seratus persen.
Kejatuhan manusia dalam dosa membuat kita semua berpembawaan egosentris. Namun, Allah sangat menghargai sifat rendah hati. Rendah hati berarti menyadari kelemahan-kelemahan sendiri, menghormati serta membutuhkan pertolongan Allah maupun bantuan orang-orang lain terhadap hal-hal yang kita kerjakan.
Sedangkan, kesombongan adalah sebuah perasaan berlebih-lebihan tentang kepentingan, harga diri, kebaikan, keunggulan, dan prestasi diri sendiri.
Filipi 2 : 3 (BIS), "Janganlah melakukan sesuatu karena didorong kepentingan diri sendiri, atau untuk menyombongkan diri. Sebaliknya hendaklah kalian masing-masing dengan rendah hati menganggap orang lain lebih baik dari diri sendiri."
Apa pun yang kamu lakukan, janganlah mementingkan kepentinganmu sendiri atau menonjolkan diri. Utamakanlah kepentingan setiap saudara seiman lebih daripada kepentinganmu sendiri, dan tetaplah rendah hati. (TSI)
Janganlah berbuat sesuatu hanya untuk menyenangkan diri sendiri, atau supaya orang lain menganggap kalian hebat. Sebaliknya, kalian harus bersikap rendah hati satu sama lain dan selalu menganggap orang lain lebih baik daripada kalian sendiri. (BSD)
~ FG