Kita tahu orang-orang Niniwe, ibukota Asyur, pernah bertobat oleh sebab nabi Yunus menyerukan suara pertobatan bagi mereka.
Namun, bertahun-tahun kemudian, mereka kembali berbuat dosa, bahkan terjerumus dalam kejahatan lebih besar. Hanya untuk masa singkatlah mereka bertobat, namun berbalik ke cara hidupnya yang lama—kejam, angkuh, penindas serta menyembah berhala.
Zaman dahulu Asyur bengis terhadap tawanan perang. Setelah menyerang sebuah kota, maka tanpa belas kasihan akan membantai ratusan orang, lalu mengangkut sisanya ke berbagai belahan kerajaannya. Dan ketika menuju tempat pembuangan itu, banyak yang meninggal akibat perjalanan berat serta meletihkan. Para pemimpin kota maupun bangsa yang ditaklukkan pun disiksa sebelum akhirnya dibunuh.
Jika di kitab Yunus kita menemukan Allah mahapengampun, murah hati, panjang sabar serta penyayang, maka pada kitab Nahum kita melihat bahwa Ia adil dan menghukum kejahatan. Allah yang kudus serta penuh kasih akan menopang orang-orang yang berlindung pada-Nya, tetapi Allah yang Mahakuasa juga membalas perbuatan jahat dengan penghukuman keras. Ia murka atas orang-orang yang terus-menerus memberontak terhadap Dia ataupun enggan bertobat.
TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. (Nahum 1:3)
Nabi Nahum menubuatkan Niniwe akan direbut, dikepung, dijajah dan dihancurkan sehingga tak dapat bangkit ataupun ada yang membangunnya ulang. Niniwe ditaklukkan oleh persekutuan antara Babel, Media dan Skit pada tahun 612 SM. Pemusnahan, kejatuhan dan kebinasaan Niniwe yang memiliki tembok perlindungan sangat kokoh membentengi itu karena tidak mau bertobat dari dosa-dosanya ataupun mengenal Allah lebih mendalam lagi.
TUHAN Allah tak mau mempunyai saingan, orang yang melawan-Nya, pasti mendapat hukuman. Dengan sangat murka, Ia membalas dendam kepada mereka. (Nahum 1:2 BIS)
Melalui peristiwa Niniwe, kita diingatkan janganlah berbalik berbuat dosa. Sebab Allah membalas manusia sesuai perbuatannya, dan Ia tidak membiarkan dosa.
2 Petrus 2 : 20 - 22, "Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."
Tetapi, sekarang kamu mengenal Allah, bahkan lebih baik lagi, kamu dikenal oleh Allah. Jadi, bagaimana mungkin kamu kembali lagi kepada prinsip-prinsip dasar dunia yang lemah dan tidak berharga? Apakah kamu mau diperbudak lagi oleh semua itu? (Galatia 4:9 AMD)
Yohanes 8 : 11 FAYH, "Tidak ada, Tuan," katanya. Maka kata Yesus, "Aku pun tidak. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi."
Tetapi kalian keras kepala dan tidak mau berubah. Oleh sebab itu kalian sendirilah yang membuat hukumanmu menjadi bertambah berat pada Hari Kiamat, bila Allah menyatakan murka-Nya dan menjatuhkan hukuman yang adil. Sebab Allah akan membalas setiap orang setimpal dengan perbuatannya. Allah memberikan hidup sejati dan kekal kepada mereka yang tekun berbuat baik untuk mendapatkan yang mulia, yang terhormat dan yang abadi. Tetapi orang-orang yang mementingkan diri sendiri dan tidak mau taat kepada Allah, melainkan mengikuti yang jahat, orang-orang itu akan sangat dimurkai Allah. (Roma 2:5-8 BIS)
~ FG