Apa yang mendukung atau menyokong iman Abraham ketika Tuhan menguji untuk mempersembahkan anaknya yang ia kasihi, Ishak, sebagai korban bakaran (Kej. 22)? Menurut sebuah referensi, imannya disokong atau didukung oleh kepekaan—keyakinan ataupun pemikirannya—terhadap kemahakuasaan Allah. Hal seperti itu pasti sangat jarang terjadi apabila tanpa adanya hubungan akrab ataupun keintiman yang terus-menerus dengan Bapa.
Apalagi sebagai seorang pria, yang cenderung lebih suka berpikir rasional, memiliki serta mewujudkan pemikiran yang benar tentulah merupakan sebuah keputusan, pilihan yang dibuat secara sadar tiap saat, dan bukannya datang atau terlaksana begitu saja.
Ibrani 11 : 19, "Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali."
Abraham yakin Allah sanggup membangkitkan orang-orang maupun jiwa-jiwa yang mati. Matthew Henry berkata bahwa keyakinan akan hal itu akan membawa kita melewati segala kesulitan dan ujian terbesar yang bisa saja kita semua hadapi. Dan sudah jadi kewajiban kita untuk berusaha menghapus keraguan atau ketakutan kita, dengan merenungkan kemahakuasaan Allah.
Karena itu, pikiran dapat menguatkan ataupun melemahkan kita. Jadi, pastikanlah kita berpikir benar. Belajarlah juga untuk percaya seperti Abraham yang beriman dan berserah pada janji-janji Allah, bahwa Ia akan menyediakan serta memberi jalan keluar. Namun seandainya tidak atau belum, tetaplah laksanakan perintah-Nya serta memercayai penyediaan-Nya. Lagipula, kita tak bisa melogika Tuhan dengan pikiran kita yang terbatas ini. Kepercayaan dan iman sanggup melampaui pemikiran rasional.
Oh, Firman Allah sungguh hidup dan berkuasa! Karena kita mengalami bahwa Firman-Nya mempunyai kekuatan yang besar di dalam diri kita. Kekuatannya lebih tajam daripada pedang yang kedua sisinya paling tajam. Jadi Firman Allah sangat berkuasa sampai bisa tembus menusuk hati kita !!— sehingga pikiran, keinginan, dan niat hati kita yang sebenarnya dinyatakan kepada kita. (Ibrani 4:12, TSI)
"Jika pengalaman kita tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka hal itu dikarenakan kita tidak percaya pada kasih Allah, kuasa-Nya, dan janji-janji Tuhan." ―Andrew Murray
~ FG