Jika kita pernah mendengar nama Richard Wurmbrand, mungkin kita pun mengetahui pengalaman nyata pendeta tersebut beserta istri ketika berada di satu ruangan penuh orang dari partai komunis maupun pemuka agama lain.
Suatu hari, para pejabat komunis Rusia mengundang pemuka-pemuka berbagai agama. Di aula itu terdapat sebuah lukisan besar bergambar Joseph Stalin diktator & pemimpin partai komunis di sana waktu itu. Komunisme sendiri tidak mengakui adanya Tuhan, dan menghapus hak milik perseorangan lalu menjadikan hak milik bersama yang dikontrol negara. Richard serta Sabina Wurmbrand pun awalnya ikut, tanpa mengetahui agenda atau rencana mereka.
Setelah pihak komunis menyatakan propaganda dan ingin bersatu dengan para pemimpin agama, banyak pemuka yang setuju, bahkan seorang pendeta berkata, "Komunisme dapat mengandalkan kami." Kemudian, satu per satu pemuka agama lainnya menyatakan dukungan.
Tetapi, istri beliau merasa gundah serta berbisik kepada suaminya, "Richard, tolong berdirilah dan bersihkan penghujatan ini dari wajah Kristus. Mereka ini sedang meludahi wajah-Nya..." (Mat. 26:67). Jawab Richard Wurmbrand, "Kalau aku berdiri demi Kristus, kamu akan kehilangan suamimu."
Ujar istrinya, "Aku tak mau punya suami yang pengecut." Lalu, suaminya itu mengangkat tangan untuk berdiri dan berkata-kata. Serunya, "It is our duty to glorify God and Christ. We must first be loyal to Christ, not to earthly leaders. He is the one who died for us on the cross" (Tugas kita adalah memuliakan Allah dan Kristus. Kita harus taat setia kepada Kristus terlebih dulu, bukan pada pemimpin duniawi. Sebab Yesus Kristuslah yang mati bagi kita di kayu salib).
Merasa tidak terima, sang pemimpin pihak komunis berteriak memerintahkan, "Stop, jangan berkata apa-apa lagi! Matikan microphone-nya!" Namun, beberapa hadirin mulai bersorak bertepuk tangan terhadap keyakinan iman pendeta Richard Wurmbrand dan istri, sampai microphone benar-benar dimatikan. "I have a powerful Savior. He'll do what is best for me (Saya memiliki Juruselamat yang berkuasa. Ia akan melakukan apa yang terbaik bagi saya)," katanya.
Dampak yang dilakukan Richard memang berisiko, yaitu ditangkap pihak Nazi untuk dipenjara selama 14 tahun, dan istrinya pun mesti menderita di penjara kerja paksa selama 3 tahun. Pendeta Richard disiksa, dilecehkan, namun beliau tetap menulis bahan-bahan khotbah, mengingatnya, dan membagikan di dalam penjara. Bahkan beliau menggunakan sandi Morse untuk memberitakan kasih & kebaikan Tuhan kepada tahanan lainnya. Ketika menerima pembebasan, pendeta Richard Wurmbrand menulis sekitar 350 khotbah yang beliau masih ingat semasa di dalam penjara itu.
"Dan Aku tegaskan kepada kalian bahwa Aku, Mesias, akan mengakui kalian secara terang-terangan di hadapan para malaikat Allah, apabila kalian secara terang-terangan mengakui Aku sebagai Sahabat di bumi ini. Tetapi orang-orang yang menyangkal Aku di hadapan manusia akan Kusangkal di hadapan para malaikat" (Luk. 12:8-9, FAYH).
"Setiap orang yang berjuang untuk mempertahankan nyawanya di dunia ini akan tetap kehilangan nyawanya. Tetapi setiap orang yang siap mengurbankan nyawanya karena mengikut Aku, dia akan memperoleh hidup yang selama-lamanya" (Luk. 17:33, TSI).
"It takes many good deeds to build a good reputation, and only one bad one to lose it." ~ Benjamin Franklin
(FG)