Kerohanian kita akan benar-benar berbuah apabila emosi kita sehat. Ada beberapa tanda kehidupan rohani dan kehidupan sehari-hari atau sekuler kita terpisah-pisah atau tanpa integritas:
• Terlalu banyak mempedulikan apa kata atau pendapat orang terhadap kita
• Berbohong lewat penampilan luar agar terlihat suci dan rohani
• Kita menjadi seperti orang lain daripada menjadi diri sendiri
• Menyalah-nyalahkan orang lain
• Menghindari konfrontasi/konflik
• Selalu mengatakan ya atau menyetujui segala sesuatu saat sebenarnya bisa saja kita mengatakan tidak atau menolak
Lepaskan dan terbebaslah dari hal-hal tersebut! Menurut Geri Scazzero dalam buku The Emotionally Healthy Woman (Wanita yang Sehat Secara Emosi), jika kita ingin mengalami terobosan, menghadapi kenyataan, dan menerima kondisi emosi yang sedang tidak sehat, kita perlu memperlambat tempo hidup.
Jika kita ingin menghasilkan buah rohani, kita harus memperlambat tempo hidup sehingga memberi akses pada Yesus untuk mempengaruhi setiap aspek hidup kita yang mungkin penuh dengan luka batin. Dan cobalah untuk berdiam diri dan menanti-nantikan Tuhan saja.
"Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya" (Mazmur 37:7).
Berdiam diri di hadapan Allah dan menanti-nantikan Dia pun adalah pola gaya hidup Yesus. Ia punya waktu dengan Bapa. Hubungan dengan Bapa-Nya tidak pernah stop. Yesus tidak tunduk pada agenda murid-murid-Nya atau orang banyak, melainkan pada agenda atau tujuan dari Bapa di surga.
"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana" (Markus 1:35).
"Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka" (Matius 14:13).
"Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa" (Lukas 5:16).
"Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: 'Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus'" (Lukas 4:42).
Jika tidak bisa berdiam diri di hadapan Allah & menanti-nantikan Dia, kita pun akan sulit memberi diri & perhatian sungguh-sungguh, bahkan kepada diri sendiri, apalagi terhadap orang-orang lain. Latihlah diri berdiam diri menanti-nantikan Dia setiap hari, walau beberapa menit.
"Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela" (Mazmur 62:8).
(FG)