"'Mengapa Allah meninggalkan kita?' kamu meratap. Akan kukatakan kepadamu apa sebabnya: Karena TUHAN melihat pengkhianatan yang telah kamu lakukan. Kamu telah menceraikan istrimu yang selama bertahun-tahun setia kepadamu, teman hidupmu yang menurut janjimu akan kamu pelihara. Pada waktu kamu menikah, kamu dipersatukan dengan istrimu oleh TUHAN. Dalam rencana Allah yang bijaksana, kamu berdua dipandang-Nya sebagai satu kesatuan. Dan apakah yang diingini-Nya dari persatuan itu? Anak-anak yang taat kepada TUHAN. Karena itu, jagalah nafsu berahimu! Setialah kepada istri masa mudamu. TUHAN, Allah orang Israel, telah berfirman bahwa Ia membenci perceraian dan orang-orang yang kejam terhadap istri mereka. Karena itu, kendalikanlah nafsu berahimu—jangan ada di antara kamu yang menceraikan istrinya" (Maleakhi 2:14-16, FAYH).
Kita perlu peraturan supaya hidup kita teratur.
Firman Tuhan pun banyak berisi tentang peraturan. Salah satunya ialah tentang berumah tangga di atas.
Mustahil ada penundukan diri ataupun ketaatan tanpa peraturan yang kita tunduk, taat padanya.
Lagipula, menurut Ev. Gina Dharmawan, sebaiknya perubahan kita itu justru oleh karena kesadaran diri (by willingness), bukan oleh sebab paksaan (by force) ataupun rasa takut seperti yang terjadi akibat sekarang-sekarang ini. Memang berubah itu sulit, tetapi tidak mau berubah itu akibatnya pasti fatal. Walau awalnya berubah itu sukar serta terlihat berantakan ataupun tidak ada kemajuan pada proses tengah-tengahnya, yakinlah bahwa akhirnya, hasilnya, buahnya pasti indah bersama Tuhan.
Jangan sampai kita pun yang didisiplinkan oleh Tuhan, apalagi ditinggalkan-Nya seperti yang sempat dialami umat pada ayat tadi.
(FG)