Pada Juni 1926, seorang hamba Tuhan bernama Raymond Edmand sedang dalam pelayanan misi di pegunungan Andes, Ekuador.
Ia beserta istri memiliki anak yang diberi nama Raymond juga berusia baru sekitar delapan minggu. Saat itu, putra mereka terkena demam tifus (typhoid fever) serta hampir kehilangan nyawa karena sampai koma (dalam keadaan tidak sadar).
Kedua orangtuanya dan para kerabat sudah berserah kalau anaknya itu pergi, bahkan ibunya mengubah warna baju pernikahan menjadi hitam agar siap apabila memakamkan. Seorang teman pun telah menyiapkan sebuah peti jenazah.
Di saat yang sama, di tempat nun jauh di Massachusetts, Amerika, seorang rekan bernama Dr. Joseph Evans dan sedang mengadakan pembelajaran Alkitab, tiba-tiba merasa dorongan untuk mendoakan Raymond putra temannya itu.
Bahkan semua orang berhenti sejenak belajar, lalu bersama-sama ikut berdoa sampai lewat jam makan siang.
Puji Tuhan! Raymond kecil mengalami kesembuhan! Bahkan hidup bertahun-tahun hingga menjadi dekan atau ketua Wheaton College di Amerika.
Masih meragukan kuasa doa?
"PADA suatu hari Yesus menceritakan kepada murid-murid-Nya sebuah perumpamaan untuk melukiskan perlunya berdoa dengan tidak jemu-jemu dan bahwa mereka harus tekun berdoa sampai ada jawabannya." (Lukas 18:1, FAYH)
Berdoalah, apa pun hasilnya, yakin Tuhan mendengar dan menjawab doa kita.
"Payer is the first, second and third important thing for a servant of God. Pray my brother, pray, pray, pray." (Edward Payson)
(FG)