"Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: 'Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur.' Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu." (Mat. 9:23-25)
Saat Dia tiba di rumah kepala ibadah yang anaknya sakit keras, bahkan akhirnya meninggal, orang-orang yang berada di sana awalnya meniup seruling dan menunjukkan kedukaan.
Tetapi, setelah Yesus mengatakan bahwa anaknya itu bukan mati, tetapi tidur, dan Dia hendak menyatakan kuasa-Nya, mereka terbahak-bahak.
Menurut seorang hamba Tuhan, mereka yang awalnya meratap & menangis di rumah itu hanyalah karena dibayar—alias orang-orang upahan.
Karena itulah mereka bisa segera berubah perasaan dengan tertawa terhadap Yesus. Jangan kita pun seperti orang-orang upahan yang mudah berubah haluan.
Juga daripada menertawakan Dia, bukankah lebih baik tertawa bersama dengan Dia? Dan terkadang satu kejeniusan terbesar adalah mampu menertawakan diri sendiri atas kekonyolan yang kita lakukan.