Daud pernah bersembunyi dari kejaran Saul yang hendak berupaya membunuhnya. Daud menyembunyikan diri di sebuah padang gurun.
Padang gurun sendiri merupakan tempat yang ekstrem, di mana sulit untuk bertahan hidup karena keadaannya yang sangat tandus, pasir di mana-mana, dan sering kali tanpa sumber air. Bagaimana mungkin Daud dapat bertahan di sana tanpa pertolongan-Nya?
Ketika mengamat-amati padang gersang sejauh matanya memandang, mungkin Daud juga merasa kekeringan yang amat sangat di dalam jiwa dan hatinya apabila hidup tanpa Allah, pertolongan, dan penyertaan-Nya. Bahkan mungkin lebih kering daripada kegersangan padang gurun.
Mazmur 63:1 (VMD), "Nyanyian Daud yang ditulis ketika dia di padang gurun Yehuda. Ya Allah, Engkaulah Allahku. Dan aku sangat merindukan-Mu. Tubuh dan jiwaku haus kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan gersang tanpa air."
Mazmur Daud ketika ia bersembunyi di Padang Gurun Yudea. YA Allah, ya Allahku! Aku mencari Engkau! Betapa hausnya aku akan Dikau di tanah yang kering dan tandus ini, yang tidak berair sama sekali. Betapa ingin aku menemukan Engkau! (FAYH)
O GOD, You are my God, earnestly will I seek You; my inner self thirsts for You, my flesh longs and is faint for You, in a dry and weary land where no water is. (AMP)
Apakah kita juga masih seperti itu, haus dan lapar terhadap Allah? Artinya, sungguh-sungguh mencari Dia, mengutamakan dan melibatkan-Nya dalam hal apa pun yang sedang kita kerjakan maupun alami? Ataukah malah cuek-cuek saja, acuh tak acuh? Bukankah masih jauh lebih baik berada seolah di "padang gurun kehidupan" asal Ia menyertai kita, daripada menghibur dan menceburkan diri di "oase dosa" tanpa mengandalkan Dia?
Kiranya seperti halnya Daud, kita pun memiliki rasa rindu, haus dan lapar akan Allah serta hadirat-Nya, dan keintiman dengan Roh Kudus setiap hari.
~ FG