Jangan menguburkan talenta kita meskipun itu hanya satu.
Dengan yang satu itulah kita akan memberikan dan mengerjakan yang terbaik.
Pasal 30 dari Amsal ini ditulis oleh seorang bernama Agur bin Yake dari Masa (ay. 1). Suku apa dan kapan ia hidup memang kita tidak tahu. Namun, apa yang ia tulis terilhami secara ilahi oleh Roh Allah.
Ada yang menganggap Agur bukan sebagai nama penulis pasal ini, melainkan sifatnya, yaitu seorang pengoleksi, pengumpul kata-kata & pengamatan-pengamatan bijak dari orang lain, serta membuat ringkasan dari tulisan-tulisan itu.
Namun yang bisa kita pelajari darinya ialah kita tidak boleh menguburkan talenta kita, meskipun itu hanya ada satu. Seperti halnya Agur, jika kita sudah menerima suatu pemberian, demikian pula kita harus menyampaikannya, sekalipun hanya mengumpulkan apa yang sudah ditulis oleh orang lain.
Ps. Petra Fanggidae pernah mengingatkan, kita semua mempunyai potensi. Tuhan tahu kepada siapa yang cocok dipercayakan sesuatu. Dia tahu kapasitas dan sikap hati setiap kita.
Mengapa ada hamba yang dipercayakan satu talenta tidak bekerja, sedangkan yang lima dan dua bekerja? (lihat MATIUS 25:14-30)
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat" (ay. 15).
Kalau kita sudah dipercayakan Tuhan, sekalipun itu satu, harus BERBUAT YANG TERBAIK supaya Tuhan membuka jalan lagi untuk hal-hal lain yang baik. Apa yang sudah Tuhan percayakan, jangan lihat nominalnya, tapi kerjakan dengan sungguh-sunggguh.
Pun tentu kita ingat anekdot atau peringatan singkat tentang di manakah harta karun terbesar berada, yaitu di makam, karena mungkin banyak sekali pontensi-potensi ataupun talenta-talenta yang belum pernah digunakan maupun dikembangkan selama mereka masih hidup.