Mungkin ini soal yang klasik. Antara iman dan perbuatan. Apakah kita hanya perlu iman, tanpa perbuatan? Ataukah melulu mengenai perbuatan, tanpa kasih karunia?
Ps. Kevin Loo pernah mengingatkan, kasih karunia Allah yang menyelamatkan kita (Ef. 2:8-9, Rm. 3:28), bukan karena perbuatan atau sesuatu yang bisa kita lakukan untuk mencapainya. Jadi, hanya oleh iman. Namun, bagaimana dengan hal perbuatan?
Yakobus 2:18 (BIS), "Mungkin ada yang berkata, 'Ada orang yang bersandar kepada imannya dan ada pula yang bersandar kepada perbuatannya.' Saya akan menjawab, 'Tunjukkanlah kepada saya bagaimana orang dapat mempunyai iman tanpa perbuatan dan saya akan menunjukkan dengan perbuatan bahwa saya mempunyai iman.'"
Tetapi orang mungkin berkata, "Saudara berpendapat bahwa jalan menuju Allah hanyalah dengan jalan iman, tanpa apa-apa lagi. Saya berpendapat bahwa perbuatan baik itu juga penting, karena tanpa perbuatan baik, Saudara tidak dapat membuktikan iman Saudara; tetapi dari perbuatan saya orang dapat melihat bahwa saya beriman." (FAYH)
I can already hear one of you agreeing by saying, "Sounds good. You take care of the faith department, I'll handle the works department." Not so fast. You can no more show me your works apart from your faith than I can show you my faith apart from my works. Faith and works, works and faith, fit together hand in glove. (MSG)
Jadi, iman yang sejati diwujudkan dalam tindakan, bukan sekadar pengetahuan. Tidak mungkin seseorang mengatakan beriman, tetapi tidak melakukan apa-apa. Iman serta perbuatan itu saling melengkapi. Bukan semata-mata perbuatan baik harus ditambahkan pada iman, melainkan iman yang sejati sering kali akan dibuktikan melalui perbuatan kita sehari-hari. Iman tanpa tindakan ibarat "mandul rohani".
Ps. Kevin Loo melanjutkan, "Jangan jadikan iman sekadar sebagai pengetahuan yang tidak diwujudkan dalam tindakan. Bekerja samalah dengan Roh Kudus, izinkan Dia mengubah pola pikir, isi hati, dan cara hidup kita."
Baru kembali sepulang dari beribadah di gereja tidaklah menjamin tidak akan berbuat yang bertentangan dengan firman ataupun apa yang telah disampaikan oleh hamba Tuhan. Mengangkat tangan, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan tidaklah serta-merta pasti terhindar dari pencobaan.
Seorang pakar kepemimpinan pernah mengatakan, "Semakin lama saya hidup, semakin saya tidak begitu memperhatikan apa yang orang lain perkatakan, melainkan saya hanya akan lebih melihat bagaimana cara hidupnya."
Yakobus 1:26 (TSI), "Contohnya begini: Bila kamu merasa sudah hidup dengan baik sesuai peraturan agama, tetapi kamu tidak berhati-hati dengan ucapanmu, berarti kamu munafik dan sudah menipu diri sendiri. Percuma saja cara beragama yang seperti itu."
Jika seseorang mengatakan bahwa ia orang Kristen, tetapi ia tidak menjaga lidahnya, maka ia hanya membohongi dirinya sendiri dan kekristenannya itu tidak ada artinya. (FAYH)
If anyone thinks himself to be religious (piously observant of the external duties of his faith) and does not bridle his tongue but deludes his own heart, this person's religious service is worthless (futile, barren). (AMP)
~ FG