Kita mungkin pernah mendengar atau membaca cerita tentang dua orang tahanan yang berada di balik jeruji penjara. Pria yang satu melihat ke luar jendali terali besi dan mengatakan bahwa ia melihat pemandangan yang indah, sementara pria yang satu lagi ketika mencoba melongok dan tidak melihat apa-apa selain tembok-tembok penjara, berkata, "Aku tidak melihat apa-apa kok."
"Ya," ujar temannya menanggapi, "itu karena pikiranmu hanya melihat apa yang ada di depan matamu, tetapi aku melihat apa yang melampaui semua itu."
Jauh-jauh sebelumnya, di sebuah kamp konsentrasi NAZI, seorang tahanan pun pernah menorehkan kata-kata berikut ini di dinding ruang tahanannya:
I believe in the sun, even though it doesn't shine.
I believe in love, even when it isn't shown.
I believe in God, even when he doesn't speak.
(Aku percaya akan adanya matahari meski tidak bercahaya,
aku percaya akan adanya cinta meski tidak berasa,
aku percaya akan adanya Tuhan meski tidak bersuara)
Tidak banyak orang mampu bersikap seperti itu di tengah keadaan yang sulit ataupun di luar apa yang pernah mereka pikirkan dan sanggup hadapi sesungguhnya. Hanya iman kepada Tuhanlah, serta percaya pada hal-hal yang tidak sekadar lahiriah, melainkan pada apa yang tidak kasatmata, yang akan menolong kita untuk melihat melampaui apa pun sekiranya yang kita hadapi, terutama pergumulan, penderitaan, maupun pencobaan yang berat.
Kolose 3:1-3 (FAYH), "KARENA dapat dikatakan bahwa Saudara hidup kembali ketika Kristus bangkit dari antara orang mati, maka sekarang arahkanlah pandangan Saudara kepada harta kekayaan dan sukacita di surga, di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah di tempat kemuliaan dan kekuasaan. Biarlah surga memenuhi pikiran Saudara; jangan selalu memikirkan hal-hal dunia. Keinginan Saudara akan hal-hal dunia seharusnya sudah padam seperti halnya orang yang sudah mati. Hidup Saudara yang sebenarnya ialah di surga bersama-sama dengan Kristus dan Allah."
Seperti yang saya katakan sebelumnya, secara rohani kita sudah mati bersama Kristus dan dibangkitkan menjadi manusia baru waktu Dia hidup kembali dari kematian dan naik ke surga. Oleh karena itu, marilah kita berpikir, "Saya hanya merindukan surga, di mana Kristus Yesus duduk di sebelah kanan Allah!" Biarlah hati dan pikiran kita tertuju ke surga, jangan ke dunia ini. Karena di dunia ini hidup kita tidak lagi sama seperti sebelum mengenal Yesus. Kita sudah mati terhadap cara hidup yang seperti itu. Dan walaupun kita tidak melihat-Nya, sumber hidup kita yang sejati berada di surga, sebab Yesus sebagai kepala kita berada di sana dan hidup bersatu dengan Allah. (TSI)
So if you're serious about living this new resurrection life with Christ, [act] like it. Pursue the things over which Christ presides. Don't shuffle along, eyes to the ground, absorbed with the things right in front of you. Look up, and be alert to what is going on around Christ--that's where the action is. See things from his perspective. Your old life is dead. Your new life, which is your [real] life--even though invisible to spectators--is with Christ in God. [He] is your life. (MSG)
Filipi 4:8 (FAYH), "Saudara sekalian yang saya kasihi, pada akhir surat ini saya ingin mengatakan satu hal lagi. Arahkanlah pikiran Saudara kepada hal-hal yang benar, yang baik, dan yang adil. Renungkanlah hal-hal yang murni dan indah, serta kebaikan dan keindahan di dalam diri orang lain. Ingatlah akan hal-hal yang menyebabkan Saudara memuji Allah dan bersukacita."
My fellow believers, there is one more thing I want you to do. Whatever is true, whatever is worthy of respect, whatever is right, whatever is morally pure, whatever is pleasing, whatever is admirable, whatever is good, whatever deserves praise, those are the things that you should continually think about. (DEIBLER)
Summing it all up, friends, I'd say you'll do best by filling your minds and meditating on things true, noble, reputable, authentic, compelling, gracious--the best, not the worst; the beautiful, not the ugly; things to praise, not things to curse. (MSG)
~ FG