Seingat saya, sewaktu masih bersekolah di bangku SMP dulu --sudah berapa tahun berlalu ya, betapa memang waktu berjalan begitu lekas-- saya tidak suka ditegur ataupun diberitahu oleh bapak-ibu guru maupun orangtua. "Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri," istilah peribahasa kita maupun yang sering terucap oleh ibu saya. Apalagi karena usia masih remaja, masa pancaroba pubertas.
Bagaimana dengan Saudara dan saya saat ini?
Masihkah kita mau ditegur, terutama oleh firman Tuhan? Terkadang Ia pun mungkin menegur kita melalui peristiwa-peristiwa yang tampaknya sederhana, tetapi sesungguhnya dapat mengikis karakter-karakter maupun sikap-sikap kita yang masih perlu diubahkan.
Ketidakmauan untuk menerima teguran yang benar, positif, serta membangun adalah ciri dari kesombongan.
Padahal, firman-Nya mengingatkan kita, Ia mengasihi apabila menegur kita.
Amsal 3:11-12 (BIS), "Apabila TUHAN menghajar engkau, anakku, terimalah itu sebagai suatu peringatan, dan jangan hatimu kesal terhadap didikan-Nya itu. TUHAN menghajar orang yang dicintai-Nya, sama seperti seorang ayah menghajar anak yang disayanginya.
Anakku, janganlah menolak didikan TUHAN dan jangan marah bila Dia menegurmu.
Karena TUHAN menegur orang yang Dia kasihi, seperti seorang ayah mendidik anak yang dikasihinya untuk memperbaiki kelakuannya. (TSI)
Ibrani 11:26 (FAYH), "Karena, apabila Tuhan menghukum engkau, itu membuktikan bahwa Ia mengasihi engkau. Apabila engkau dicambuk-Nya, maka itu membuktikan bahwa engkau benar-benar anak-Nya."
For the Lord corrects and disciplines everyone whom He loves, and He punishes, even scourges, every son whom He accepts and welcomes to His heart and cherishes. (AMP)
Bayangkan, seandainya saja ada yang menegur raja Daud sebelum ia berbuat dosa zina, serta ia mau mendengarkannya, mungkinkah jalan berubah haluan menjadi lebih baik, dan tidak terlalu banyak intrik maupun konflik di masa-masa akhir hidupnya?
Apakah Ia menegur kita hari-hari? Mungkin ketika kita sedang hendak kebut-kebutan di jalan raya, berbuat hal yang salah di tempat kerja ataupun usaha, di sekolah, saat pelayanan, dan lainnya, maukah mendengarkan teguran-Nya yang lemah lembut, lalu berubah, serta percaya saja pada-Nya, apa pun yang terjadi?
Semoga kali ini tidak cuma masuk ke telinga kanan, keluar dari telinga kiri, melainkan benar-benar terpatri di dalam hati.
Amsal 27:5 (TSI), "Orang yang benar-benar mengasihi akan berani menegur temannya. Siapa yang diam saja melihat temannya berbuat salah, berarti tidak sungguh mengasihinya."
Better to correct someone openly than to let him think you don't care for him at all. (GNB)
Open criticism is better than unexpressed love. (GWV)
~ FG