Saya masih ingat ketika ayah kami menyiapkan obat nyamuk ataupun menyelimuti kami tiap malam supaya kami anak-anaknya waktu itu ketika masih kecil dapat tertidur dengan nyenyak. Hal-hal sederhana seperti itu saja membuat saya merasa dikasihi oleh orangtua saya, bahkan saya masih mengingatnya sampai sekarang.
Berbeda hal dengan sebuah berita yang mungkin agak viral belakangan ini tentang seorang ibu yang sengaja membiarkan serta meninggalkan putri kecilnya sendirian di rumah, sementara ibunya itu asyik pergi berwisata, bukan untuk sejam atau dua jam, tetapi selama sepuluh hari! Ternyata, ada saja ibu yang tega tidak mengasihi anak-anaknya sendiri.
Walau Kristel Candelario mengaku amat menyesal dan telah berdoa tiap hari, serta percaya bahwa Tuhan telah mengampuninya, tetapi dia telah mengabaikan tanggung jawabnya secara pribadi, terutama sebagai seorang ibu—untuk mengasihi, merawat, menjaga, dan memelihara anaknya.
Dan sepertinya masih banyak kita yang perlu belajar menguasai diri, bukan hanya dengan penguasaan diri yang biasa-biasa, melainkan penguasaan diri yang sungguh-sungguh. Jangan sampai mengalami seperti peristiwa di atas, yaitu mengabaikan yang utama, dan mengutamakan yang tidak penting.
1 Timotius 5:8 (FAYH), "Tetapi siapa pun yang tidak mau memelihara sanak saudaranya sendiri yang membutuhkan bantuan, lebih-lebih mereka yang tinggal serumah, jangan sekali-kali menyebut diri orang Kristen. Orang seperti itu lebih buruk daripada orang yang tidak beriman."
If anyone fails to provide for his relatives, and especially for those of his own family, he has disowned the faith [by failing to accompany it with fruits] and is worse than an unbeliever [who performs his obligation in these matters]. (AMP)
Everyone should take care of all their own people. Most important, they should take care of their own family. If they do not do that, then they do not accept what we believe. They are worse than someone who does not even believe in God. (ERV)
1 Timotius 2:15 (TSI), "Akibat dosa itu, keturunan Hawa yang perempuan menanggung hukuman Allah berupa rasa sakit sewaktu melahirkan. Namun demikian, Allah bersedia menolong dan menyelamatkan setiap perempuan, asalkan dia tetap percaya penuh kepada-Nya, berbuat kasih, serta hidup suci dan bijaksana."
Maka Allah mendatangkan kesakitan dan penderitaan kepada kaum wanita pada waktu mereka bersalin, tetapi Ia akan menyelamatkan jiwa mereka, kalau mereka beriman kepada-Nya, dan hidup dengan tenang, baik serta penuh kasih. (FAYH)
But even though she did that, now women will be saved {God will accept women} as they bear children if they continue to trust God and if they continue to love others, and if they continue to conduct their lives more and more acceptably to God/like God wants them to, and if they continue to be modest. (DEIBLER)
~ FG