A. J. Heschel pernah membagikan pengalamannya ketika masih menjadi seorang mahasiswa di sebuah universitas di kota Berlin, Jerman. Ia mengatakan, ia begitu menikmati karya-karya seni sampai-sampai lupa untuk berdoa saat hari sudah menjelang malam. Padahal, ia terbiasa berdoa sebelum-sebelumnya.
"Matahari telah terbenam, malam telah tiba," ujarnya, "dan saya telah melupakan Allah."
Tidak demikian halnya dengan Daniel. Baik saat senang maupun susah, terutama ketika sedang ada masalah pelik dalam hidupnya, ia berdoa. Bahkan sesungguhnya, jika kita hanya datang dalam hadirat Allah dan berdoa saat susah, tetapi melupakan Dia ketika tidak ada masalah, agaknya kita cuma menjadikan doa sebagai "alat transaksi" dengan-Nya, dan bukannya sebagai sarana komunikasi maupun menjalin keintiman dengan Dia.
Daniel 6:11, "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."
Ketika Daniel mendengar mengenai hal itu, ia pulang dan berlutut di rumahnya di kamar atas. Kamar itu mempunyai jendela yang terbuka menghadap Yerusalem. Daniel tetap berdoa dan mengucap syukur kepada Allahnya tiga kali sehari, sebagaimana kebiasaannya. (FAYH)
When Daniel learned that the decree had been signed and posted, he continued to pray just as he had always done. His house had windows in the upstairs that opened toward Jerusalem. Three times a day he knelt there in prayer, thanking and praising his God. (MSG)
Persekongkolan jahat, dan surat serta keputusan yang terpaksa dibuat oleh raja Darius tidak menyurutkan kerohanian Daniel, dalam hal ini untuk tetap berdoa dan memuji Allah, seperti yang biasa dilakukannya.
Menurut referensi, Daniel mungkin telah berusia sekitar 80 tahun ketika peristiwa itu. Dan ia tekun berdoa. Mulai dari masa mudanya di Yerusalem, dan selama kira-kira 65 tahun di wilayah pembuangan di Babel! Artinya, bertahun-tahun ia menjadi pribadi yang tekun berdoa.
Full Life Notes menjelaskan, sekalipun ia menyadari risiko bahayanya yang mengancam, ia tidak membiarkan apa pun menghalangi dirinya menaikkan doa serta permohonan kepada Allah. Demikian pula, kita tidak boleh membiarkan apa pun menyebabkan kita mengabaikan doa dan ibadah kita kepada Allah setiap hari.
Bagaimana dengan kita? Apakah hanya berdoa saat ada masalah? Ataukah setia berdoa, baik saat semua terasa baik-baik saja, maupun ketika merasa khawatir, dan lainnya? Apakah, seperti Daniel, tiga kali sehari kita berdoa, ataukah sekali dalam tiga hari, ataukah sudah menjadi tidak pernah menaikkan doa sama sekali?
Filipi 4:6 (FAYH), "Janganlah kuatir akan suatu apa pun, melainkan bawalah segala sesuatu dalam doa. Sampaikan kebutuhan Saudara kepada Allah dan jangan lupa bersyukur atas jawaban-Nya."
Don't worry over anything whatever; whenever you pray tell God every detail of your needs in thankful prayer. (Phillips NT)
Do not worry about anything. Instead, in every situation, pray to God, tell him what you need, and ask him to help you. Also thank him for what he does for you. (DEIBLER)
~ FG