GBI PRJ (CK7)

Bolehkah kita marah sebagai orang percaya ? itulah yang sering menjadi pertanyaan kita.

Marah sesuatu yang wajar, namun jangan sampai berbuat dosa. Kita semua pernah marah, di manapun dan dengan siapa pun. Namun, tidak semua kita terbiasa atau bisa mengatasi rasa amarah, sebab banyak dari kita mungkin panik serta bingung ketika menghadapi situasi tertentu dan membiarkan sesuatu yang kecil menjadi emosi meledak-ledak dan mengambil jalan pintas keliru dalam mengatasi amarah, yang bukannya membuat situasi lebih biak, melainkan lebih buruk.

Sebagai orang percaya, kita memang tidak terlepas dari godaan rasa ingin marah. Namun, Tuhan terkadang mengizinkan sesuatu terjadi demi proses pembentukan karakter kita.

Yakobus 4 : 1 - 3 
Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu ? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu ? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

3 HAL YANG MENYEBABKAN MENGAPA KITA SERING TERJEBAK AMARAH :

• UNFULFILLED DESIRES (KEINGINAN-KEINGINAN YANG TIDAK TERPENUHI)
Sering kali akar amarah muncul karena keinginan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi. Salah satunya ialah ingin merasa dihargai, dan sewaktu tidak memperolehnya, kita kecewa lalu lari pada hal-hal yang tidak baik. Seharusnya, pengharapan yang benar itu kepada Tuhan, bukan dari manusia. Sebab manusia sering kali mengecewakan, namun Tuhan tidak.

Dengan mengenal Tuhan lebih dalam akan membuat kita merasa damai, sehingga damai di hati kita menolong mengatasi amarah.

Yakobus 4 : 2a 
Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh.

Yeremia 17 : 5
Beginilah firman Tuhan : "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan !"

“True self-control is not about bringing ourselves under our own control, but under the power of Christ,” atau pengendalian diri sejati bukanlah soal membawa diri kita di bawah kendali kita sendiri, melainkan di bawah kuasa Kristus. (David Mathis)

• ENVY OR JEALOUS (IRI HATI)
Iri hati sering menjadi dasar amarah. Kita tidak senang melihat orang lain lebih diberkati, lebih berhasil, dan lebih-lebih lainnya daripada kita. Bahkan, kita mungkin berpikir mengapa Tuhan sepertinya malah memberkati orang-orang yang tidak percaya. Pada waktu iri, kita membiarkan pencobaan atau kejahatan masuk menguasai hati kita. Seharusnya, ketika dosa hanya “mengintip”, kita menguasai diri serta bertambah dalam pengharapan kita kepada Tuhan saja.

Yakobus 4 : 2b
Kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi.

Yakobus 3 : 16
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Salah satu “anak panah favorit” Iblis ialah kekecewaan (disappointment) serta iri hati (jealousy) yang akan melumpuhkan iman serta membuat kita pesimis, sehingga melihat Tuhan selerti hanya memberkati orang-orang tertentu. Seharusnya kita sering-sering mengucap syukur, 

Roma 2 : 11
Sebab Allah tidak memandang bulu.

Roma 2 : 11 (versi NIV)
For God does not show favouritism.

Amsal 4 : 23
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

• SELFISH (MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI)
Kita sering tidak mementingkan orang lain, dan hanya mementingkan diri sendiri. Kita kerap hanya melihat dari sisi sendiri, bukan sisi orang lain juga. Dengan kata lain, ibarat menghargai diri sendiri, dan bukannya orang lain. Itulah yang menjadi penyebab kita tidak bisa mengendalikan atau mengatasi rasa amarah.

Yakobus 4 : 3b
Sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

Mengatasi amarah bukanlah sekadar ilmu pengetahuan pasti yang dapat kita pelajari, melainkan sebuah proses pengenalan yang benar kepada Tuhan. Semakin kita mengenal Dia, semakin kita dapat melihat dari sudut pandang-Nya, baik melalui firman-Nya maupun hal-hal lainnya. Kiranya, hidup kita senantiasa diisi oleh firman Tuhan yang akan menjaga hati kita.

Rangkuman Pdt. Indarwanto Tarigan, BA :

Hari ini kita belajar serta diingatkan mengenai cara menata, mengatasi serta mengendalikan kemarahan. Sebab, boleh saja kita marah karena merupakan suatu respons natural. Namun, jangan sampai berbuat dosa ketika marah, melainkan, harus segera selesaikan. 

Ada perbedaan mencolok antara marah dan amarah. Marah ialah respons yang spontan, sedangkan amarah adalah menyimpan banyak kesalahan orang lain. Karena itu, hati-hatilah dan tidak menyimpan dendam ataupun kesalahan. Ada tiga akar penyebab menyimpan kemarahan :

• Keinginan yang Tidak Terpenuhi
Seringkali keinginan daging yang membuat kita tidak lagi dapat berpikir jernih atau menguasai diri sehingga akhirnya berbuat dosa. 

Karena itu, berhati-hatilah saat ada keinginan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi. Jagalah hati.

Kolose 3 : 5
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. 

• Iri Hati
Penyebab perkelahian atau pertengkaran ialah iri hati, karena membuat iman kita luntur serta lemah. Ingat, Tuhan memperlakukan anak-anak-Nya setara, sebab itu jangan iri, karena setiap kita memiliki berkat masing-masing secara unik serta spesial.

Yakobus 1 : 20
Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

• Mementingkan Diri Sendiri
Agar tidak mementingkan diri, maka berdoalah. Namun, berdoa sesuai kehendak Tuhan, dan bukannya untuk memenuhi hawa nafsu.

Mazmur 37 : 8 - 9
Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan  akan mewarisi negeri.

Tuhan Yesus Memberkati