
Beberapa waktu yang lalu, dunia dihebohkan oleh kabar berita tentang keputusan Raja Charles III yang mencabut semua gelar kehormatan dan fasilitas resmi Pangeran Andrew, adiknya sendiri.
Langkah itu diambil karena tuduhan serius yang mencoreng nama kerajaan. Meskipun Andrew menyangkal, sang raja tetap tegas. Ia tidak lagi disebut "His Royal Highness." Ia tetap keluarga, tapi tidak lagi mewakili kerajaan.
Kabar tersebut membuat saya berpikir: Bagaimana dengan kita, anak-anak Raja segala raja? Apakah kita bisa "dicabut" gelarnya ketika jatuh dalam dosa?
Alkitab berkata, "Kamu adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri" (1 Petrus 2:9).
Tetapi Saudara tidak seperti itu, sebab Saudara telah dipilih oleh Allah sendiri sebagai imam Raja itu, suci serta murni, dan milik Allah pribadi, supaya Saudara dapat memperlihatkan kepada orang lain bagaimana Allah memanggil Saudara keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib. (FAYH)
But you are the ones chosen by God, chosen for the high calling of priestly work, chosen to be a holy people, God's instruments to do his work and speak out for him, to tell others of the night-and-day difference he made for you. (MSG)
But you are people whom God has chosen to belong to him. You are a group that represents God like priests do, and you rule with God like kings. You are …a holy group of people (a group of people) who are separate from evil. You are people who belong to God. This is in order that you might proclaim the virtues of God. He has called you from your former ways, when you were ignorant of his truth, into the marvelous understanding that he gives us. That is, he has called you out of spiritual darkness into spiritual light. (DEIBLER)
Gelar 'anak Raja' yang kita terima bukan sekadar gelar, melainkan lebih pada identitas sejati yang kita miliki karena kita telah ditebus dengan darah Kristus. Berbeda dengan "kerajaan dunia", status kita sebagai anak Allah tidak dicabut karena kesalahan, tetapi dikoreksi karena kasih. He's not mad at you, He's mad about you, Allah tidak mendengki terhadap kita, melainkan betapa sangat-sangat mengasihi kita. Sudah sadarkah kita akan hal ini? Sehingga kita tidak perlu lagi mencari-cari pengakuan maupun pembuktian diri dari orang-orang lain di dunia.
Ibrani 12:6 menegaskan, "Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Teguran bukanlah pencabutan gelar, melainkan undangan untuk kembali pada panggilan semula. Kita mungkin bisa kehilangan kehormatan untuk mewakili-Nya apabila terus-menerus sengaja memilih meninggalkan apa yang benar, tapi tidak kehilangan kasih-Nya bila mau berbalik kepada-Nya. Kita mungkin bisa saja tertarik keluar dari 'panggung pelayanan', tapi semoga tidak pernah mau terlepas dari pelukan Bapa.
Hudson Taylor pernah menulis, "God uses men who are weak and feeble enough to lean on Him." Tuhan senang memakai orang-orang yang lemah dan rapuh sehingga mereka hanya bisa bergantung serta bersandar hanya pada-Nya.
Jadi, jika hari ini Tuhan menegur kita, jangan takut. Lebih baik ditegur sebagai anak, daripada dibiarkan sebagai orang asing. Karena kasih Bapa tidak mencabut mahkota kita—Ia hanya ingin kita memakainya dengan layak. Allah Bapa kita tidak membuang kita begitu saja ketika kita berdosa dan tidak setia, ataupun membiarkan kita begitu saja saat kita jatuh tergeletak. Ia mendidik kita dengan kasih, agar hidup kita layak menyandang nama-Nya sebagai anak-anak Raja di atas segala raja, Yesus Kristus, Tuhan Allah kita.
~ JP