
Suatu pagi, saya teringat sepasang suami-istri yang meminta tolong didoakan dalam salah satu sesi konseling. Mereka tidak sedang bertengkar besar, tapi hati mereka terasa jauh. Mereka tinggal di rumah yang sama, tapi nyatanya hidup dalam kesepian karena sudah lama tidak benar-benar berbicara dari hati ke hati.
Kadang kita pikir hubungan rusak karena dosa besar, padahal sering kali dimulai dari diam yang salah. Hal yang terlihat kecil tetapi berisiko menghancurkan. Seperti halnya kita tidak akan jatuh tersandung oleh batu besar di depan, melainkan mungkin oleh karena kerikil-kerikil maupun pasir kecil. Kita berhenti mendengar, berhenti mengerti, berhenti berkata-kata dalam kasih.
Firman Tuhan mengingatkan, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia" (Efesus 4:29).
Ketika kamu berbicara, jangan sampai kata-kata kotor keluar dari mulutmu, atau kata-kata yang menyakiti hati orang lain. Tetapi bicaralah seperlunya, supaya perkataanmu menolong, mendatangkan kebaikan, dan menguatkan orang-orang yang mendengarnya. (TSI)
Watch the way you talk. Let nothing foul or dirty come out of your mouth. Say only what helps, each word a gift. (MSG)
Dan Yakobus pernah menulis, "Hendaklah setiap orang cepat untuk mendengar, lambat untuk berkata-kata, dan lambat untuk marah" (Yakobus 1:19).
Karena itu, Saudara-saudari yang saya kasihi, hendaklah kamu semua membiasakan diri untuk menjadi pendengar yang baik. Jangan buru-buru bicara, dan jangan cepat marah. (TSI)
Saudara sekalian yang saya kasihi, sekali-kali janganlah lupa bahwa lebih baik kita banyak mendengar, sedikit berbicara, dan tidak pemarah. (FAYH)
Komunikasi adalah jembatan kasih. Saat kita berhenti berbicara dengan kasih, kita sedang membiarkan jembatan itu retak sedikit demi sedikit. Tuhan sendiri adalah Allah yang berkomunikasi—Ia berbicara lewat firman-Nya, dan bahkan menjadi Firman yang hidup di dalam Kristus (Yohanes 1:14).
Jadi, sebelum kita berbicara hari ini, mari periksa hati: apakah kata-kata kita membangun atau melukai? Apakah nada suara kita memancarkan kasih ataukah kemarahan?
Karena komunikasi sejati bukan hanya soal apa yang diucapkan, tapi siapa yang berkuasa atas hati saat kita mengucapkannya.
"Good communication is impossible without love, because love listens before it speaks." ~ C. S. Lewis
~ JP