Karena Naomi melihat bahwa Rut tetap bertekad tidak mau mengubah keputusan untuk ikut bersamanya, maka dia berhenti menyuruhnya untuk pergi (Rut 1:18).
Kemudian pesan Ester diberikan kepada Mordekhai. Ketika Mordekhai menerima pesan itu, dia menjawab kembali, "Ester, jangan anggap karena engkau tinggal di istana raja, engkaulah satu-satunya orang Yahudi yang luput. Jika engkau berdiam diri sekarang, pertolongan dan kebebasan untuk orang Yahudi akan datang dari tempat lain, tetapi engkau dan keluarga ayahmu akan mati. Dan siapa yang tahu, mungkin engkau telah dipilih menjadi ratu untuk masa seperti ini" (Ester 4:12-14)?
Kata Maria, "Saya ini hanyalah hamba TUHAN yang hina. Saya tunduk menerima yang engkau katakan itu." Lalu malaikat itu pun pergi meninggalkan dia (Lukas 1:38).
Kita semua memiliki pilihan.
Saya membayangkan, bagaimana seandainya Naomi, Ester, Maria, memilih untuk mengeraskan hati ketika Rut ingin pergi bersamanya pulang ke Yehuda, kampung halaman Naomi; mengeraskan hati ketika menerima penyampaian pertama permohonan Mordekhai supaya membela bangsa Israel, suku kaumnya yang asli; serta Maria tidak mau mengikuti kehendak Tuhan, melainkan memikirkan dirinya sendiri.
Jika jujur, mungkin sering kali kita lebih memilih menaati keinginan sendiri daripada menaati Dia, mempercayai firman-Nya. Lebih sering kita mengeraskan hati, ketimbang memilih untuk memiliki hati yang lemah lembut, mau dibentuk, dan tunduk pada kebenaran firman Tuhan.
Memasuki tahun yang baru nanti, 2025, maukah kiranya kita memilih untuk tidak mengeraskan hati, melainkan melembutkan hati kita?
Ulangan 10:16 (TSI), "Jadi mulai sekarang, dengan segenap hatimu putuskanlah untuk selalu menaati TUHAN, dan jangan keras kepala lagi."
Karena itu, sucikanlah hatimu yang berdosa dan jangan lagi keras kepala. (FAYH)
So cut away the thick calluses from your heart and stop being so willfully hardheaded. (MSG)
Selamat Tahun Baru 2025, selamat memiliki hati yang taat.
~ FG