Rembrandt, ketika ditanya dari antara semua lukisannya, manakah lukisan yang terbaik menurutnya, ia menjawab: "Saya tidak tahu yang mana. Karena saya belum melukisnya."
Banyak orang mungkin terjebak dengan masa lalu—baik dalam kegagalan maupun keberhasilan. Ada yang terus dihantui kegagalannya sehingga tak berani melangkah lagi. Ada pula yang terus hidup dalam nostalgia kemenangan dan penghargaan, seakan hidupnya sudah selesai di situ saja.
Jawaban Rembrandt dapat mengingatkan kita juga bahwa hidup kita bersama Tuhan masih terus berlangsung, dan tidak berhenti pada masa lalu. Apa yang sudah kita raih di hari kemarin pun bukanlah puncak segalanya. Tuhan pasti masih dapat mempunyai rencana, karya, serta tujuan yang lebih besar lagi untuk hari-hari kita yang akan datang.
Rasul Paulus sendiri pernah punya "trofi rohani": seorang Farisi, ahli Taurat, taat hukum, dan kemudian menjadi rasul besar yang dipakai Tuhan. Tetapi, ia sadar perjalanan rohaninya belum selesai, dan ada panggilan yang lebih besar menantinya.
Filipi 3:13-14, "Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."
Kiranya hidup kita jangan menjadi ibarat museum yang hanya berisi cerita-cerita lama. Biarlah setiap hari menjadi kanvas baru, di mana Allah sedang melukis karya yang indah melalui iman dan ketaatan kita kepada-Nya.
Nah, apakah kita masih hidup di dalam kegagalan atau kemenangan masa lalu? Percayakah kita bahwa Tuhan masih sanggup mengerjakan hal-hal yang baru serta lebih lagi di dalam dan melalui hidup kita? Teruslah melangkah bersama-Nya.
"Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?" (Yesaya 43:18-19)
~ FG