Meski Daud raja atau pemimpin yang tidak sempurna, ia memiliki sikap hati yang mau cepat sadar. Dalam The Maxwell Leadership Bible, John C. Maxwell menyatakan, orang-orang akan menerima pemimpin yang jujur, apa adanya, serta punya kesadaran diri, namun menolak mereka yang enggan untuk mengakui kesalahan dan terus-menerus hidup dalam penyangkalan.
Bagaimana dengan kita, maukah belajar dari satu sifat Daud ini?
Sebab, biasanya saat seseorang yang sudah mengalami keberhasilan ataupun menerima berkat, maka ia cenderung untuk sombong, bahkan melupakan Tuhan, tetapi Daud tidak demikian—sekalipun hampir saja ia melakukannya apabila menyangkal teguran nabi Natan ketika ia jatuh dalam dosa.
Daud merespons dengan pengakuan, penyesalan, serta pertobatan.
Raja itu pun senantiasa bertanya kepada Tuhan.
Ia menyadari bahwa semua kemenangan, pertolongan, kemajuan, dan pengangkatan adalah datangnya dari Allahnya. Tuhanlah yang membuatnya berhasil.
1 Tawarikh 14:2 (VMD), "Kemudian Daud tahu bahwa TUHAN telah mengangkatnya menjadi raja Israel, dan bahwa Allah telah mengangkatnya penguasa atas kerajaannya demi kebaikan Israel umatnya."
Daud kemudian sadar bahwa Yahweh telah mengukuhkan dia menjadi raja atas Israel, dan bahwa demi bangsanya Israel, kerajaannya dibuat makmur. (KSKK)
Then David knew for sure that GOD had confirmed him as king over Israel, because of the rising reputation that GOD was giving his kingdom for the benefit of his people Israel. (MSG)
Kiranya, kita pun seperti halnya Daud, menyadari setiap berkat yang kita terima, talenta yang kita miliki, kebaikan-Nya yang kita alami, sesungguhnya bukanlah semata-mata demi diri sendiri, melainkan demi melayani umat Allah, memperlengkapi, membangun dan memberkati mereka. Â
~ FG