Mungkin hari-hari ini kita perlu momen-momen "sumur Samaria". Seperti apa itu? Seperti halnya yang pernah dialami perempuan Samaria ketika dia berbincang-bincang dengan Tuhan Yesus. Sebab bahwasanya, mungkin kita sudah melupakan bersekutu dengan Tuhan merupakan hal terpenting dalam kehidupan keseharian kita. Apalagi, saat itu hidupnya terasa di luar kendali.
Tuhan Yesus pun waktu itu mesti melintasi Samaria, sepertinya bertujuan juga untuk menemui perempuan tersebut. Tidak ada yang kebetulan dalam Dia. Sang Pembuat lintasan jagat raya memilih melewati jalanan Samaria, kota dari warga yang membenci kaum-Nya, orang-orang Yahudi.
Yohanes 4:4, "Ia harus melintasi daerah Samaria."
Nah, masihkah kita punya waktu bercakap-cakap dengan Dia? Seperti halnya juga Maria yang memilih duduk dekat kaki Tuhan? Perempuan di pinggir sumur Samaria tadi pun memberi respons yang benar dan jujur, apa adanya dengan Tuhan, sehingga dia menjadi dampak serta saksi kabar keselamatan bagi warga sekitar.
Seorang hamba Tuhan, Bruce McLarty, pernah menjabarkan, "Salah satu bahaya terbesar dalam hubungan apa pun ialah seseorang berhenti belajar tentang orang lain. Kehidupan tentang hubungan apa saja terdapat dalam pelbagai penemuan bersama yang berkelanjutan. Orang-orang yang telah saling mengenal di sepanjang usia mereka, atau pasangan menikah yang sudah selalu bersama selama 50 tahun, masih harus banyak belajar tentang satu sama lain. Apakah Anda seperti itu terhadap Yesus?
"Benak kita terlalu kecil. Pelbagai kategori yang kita miliki untuk menjelaskan Yesus akan selalu tidak memadai. Menyadari hal ini, akankah Anda terus-menerus mencari Dia? Akankah Anda melanjutkan untuk membiarkan Yesus menjabarkan diri-Nya lewat pelbagai tindakan dan perkataan-Nya, ketimbang bersikeras Yesus seharusnya sesuai pemikiran Anda sendiri?
"Ketika Yesus memanggil Filipus, Ia hanya berkata 'Ikutlah Aku.' Waktu itu, dalam hidup Filipus, banyak yang tidak ia mengerti tentang Yesus. Namun begitu, ia mengikut Yesus, dan dalam mengikuti Dia, sedikit demi sedikit ia akhirnya menyadari siapa Yesus. Jika kita ingin mengerti tentang Yesus, kita harus mau mengikut Dia, sebab dalam mengikut-Nya kita akhirnya mengerti."
Masing-masing kita memang memerlukan momen-momen perjumpaan, maupun terutama pengenalan terus-menerus secara pribadi dengan Tuhan. Tatkala Ia mengetuk pintu hati kita saat ini, maukah kita membukakannya?
Mazmur 62:2 (FAYH), "AKU berdiam diri di hadapan TUHAN dan menantikan Dia untuk melepaskan aku. Karena keselamatan datang dari Dia semata-mata."
Jiwaku menemukan istirahat hanya dalam Allah; dari pada-Nya datang keselamatanku. (KSKK)
God, the one and only--I'll wait as long as he says. Everything I need comes from him, so why not? (MSG)
~ FG