Alkitab secara tegas menerangkan dan apa adanya menceritakan kehidupan orang-orang—baik yang menjadi teladan iman meski masih memiliki kekurangan serta kelemahan, maupun mereka-mereka yang menolak untuk hidup benar dalam iman kepada Tuhan. Salah satu contoh yang tidak baik tersebut ialah raja Ahas.
2 Tawarikh 28:1, 19, 22, 25 (BIS), "Ahas menjadi raja pada usia 20 tahun, dan ia memerintah di Yerusalem 16 tahun lamanya. Ia tidak mengikuti teladan yang baik dari Raja Daud, leluhurnya, melainkan melakukan yang tidak menyenangkan hati TUHAN … Karena Ahas raja Yehuda meninggalkan TUHAN dan tidak memerintah rakyatnya sebagaimana mestinya, maka TUHAN mendatangkan kesusahan di Yehuda … Dalam keadaan yang sangat sulit itu, Ahas malah semakin berdosa terhadap TUHAN … Di setiap kota dan desa di Yehuda ia membangun tempat-tempat penyembahan berhala untuk membakar dupa bagi dewa-dewa bangsa lain. Dengan demikian ia membuat TUHAN, Allah para leluhurnya marah kepadanya."
AHAS berusia dua puluh tahun ketika ia menjadi raja. Ia memerintah di Yerusalem selama enam belas tahun. Tetapi ia seorang raja yang jahat dalam pandangan TUHAN, berbeda dengan Raja Daud, bapak leluhurnya … TUHAN merendahkan Yehuda karena perbuatan jahat Raja Ahas, yang telah merusak kehidupan rohani bangsa Yehuda sehingga mereka tidak setia lagi kepada TUHAN … Dalam keadaan yang demikian terjepit itu runtuhlah kehidupan rohani Raja Ahas. Ia tidak mau setia lagi kepada TUHAN … Di setiap kota di Yehuda ia melakukan hal yang sama, sehingga menambah murka TUHAN, Allah nenek moyangnya. (FAYH)
Ahaz was twenty years old when he became king and reigned sixteen years in Jerusalem. He didn't live right in the eyes of GOD; he wasn't at all like his ancestor David .. Arrogant King Ahaz, acting as if he could do without God's help, had unleashed an epidemic of depravity. Judah, brought to its knees by GOD, was now reduced to begging for a handout … But King Ahaz didn't learn his lesson--at the very time that everyone was turning against him, he continued to be against GOD! And not only in Jerusalem, but all over Judah--neighborhood shrines for worshiping any and every god on sale. And was GOD ever angry! (MSG)
Dalam keadaan yang sedemikian rusak serta terdesak oleh karena serangan musuh akibat dosa dan perbuatan jahatnya, raja Ahas bukannya memilih berbalik kepada Tuhan, bertobat, serta berharap dan mencari pertolongan-Nya, ia mengandalkan manusia serta menyembah berhala.
Hari-hari ini, bagaimana dengan kita? Mungkin keadaan dan kehidupan kita juga rasanya begitu sulit maupun terdesak oleh berbagai hal. Namun, masih maukah kita untuk tetap setia, berdoa, mencari hadirat Allah, dan mengandalkan Dia? Ataukah memberontak, makin menjauh, dan tidak mengandalkan Dia?
Berbeda dengan putranya, raja Hizkia memilih untuk tetap setia, serta beribadah, dan menyenangkan hati-Nya.
2 Tawarik 31:20-21, "Demikianlah perbuatan Hizkia di seluruh Yehuda. Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan TUHAN, Allahnya. Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah, ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil."
Di seluruh Yehuda, Raja Hizkia menjalankan keadilan, berlaku jujur, dan menyenangkan hati TUHAN Allahnya. Ia berhasil, karena segala yang dibuatnya untuk Rumah TUHAN atau untuk mentaati hukum-hukum TUHAN, dijalankannya dengan sepenuh hati dan dengan cinta kepada TUHAN Allahnya. (BIS)
Dengan cara itulah Raja Hizkia mengatur pembagian itu di seluruh Yehuda. Ia melakukan apa yang baik, yang menyatakan kesetiaannya, dan yang benar dalam pandangan TUHAN, Allahnya. Ia berusaha keras agar rakyatnya menaruh hormat serta menghargai Bait Allah, hukum TUHAN, dan kehidupan yang saleh. Ia melakukan semuanya dengan kesungguhan hati, dan segala usahanya berhasil. (FAYH)
~ FG