Melihat selumbar di mata orang lain atau kesalahan mereka merupakan topik yang sering kita bahas, dengar, serta baca. Namun, mungkin masih perlu kita ketahui.
Sebenarnya, saat menghakimi, kita juga perlu mengetahui apa saja kesalahan-kesalahan kita. Seperti halnya yang pernah dialami para ahli Taurat maupun orang-orang Farisi, yang membawa seorang perempuan berdosa ke hadapan Tuhan Yesus (Yoh. 8:1-11). Tetapi, mereka sebenarnya tertarik menguji, serta mencoba mempersalahkan, mempermalukan Dia, lebih daripada supaya hukum Musa diterapkan. Kepeduliaan utama mereka sesungguhnya adalah kekuasaan, bukannya kebenaran.
Namun, Ia mengingatkan, siapa yang tidak berdosa, hendaklah ia menjadi yang pertama melempari perempuan itu dengan batu. Satu per satu, mulai dari yang tertua, tersadarkan oleh keberadaan dan keadaan mereka sendiri, lalu meninggalkan perempuan yang mungkin ketakutan serta mengharap belas kasihan tersebut.
Ketika mata mereka menatap tajam ke arah perempuan bersalah itu dan menuntut Yesus apa yang harus dilakukan, namun Ia hanya menulis di atas permukaan tanah. Lalu, mereka tentu mulai memperhatikan apa yang Ia lakukan. Pengalihan tatapan tajam orang banyak dari perempuan itu kepada diri-Nya sendiri merupakan anugerah belas kasihan berharga dari Yesus baginya. Ia pun mengampuni dan tidak menghukum dia.
Peristiwa ini bukan serta-merta untuk membenarkan, melalaikan, atau mengecilkan arti dosa, namun supaya menuntun pada pertobatan. Sebab, jika tetap hidup dalam dosa dan tidak mau bertobat, akan ada hukuman. Tuhan Yesus mengecam kebiasaan mencela kesalahan orang lain, sementara mengabaikan kesalahan diri sendiri. Menghakimi dengan cara tidak adil juga mencakup hal mengecam orang yang berbuat salah tanpa ingin melihatnya berbalik pada Allah. Memang lebih menyenangkan menyalahkan dan fokus pada dosa orang lain, daripada menghadapi serta mengakui dosa sendiri.
Hamba-Nya, Bruce McLarty menyatakan, "Yesus mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri."
1 Korintus 9:27 (FAYH), "Seperti seorang atlet saya menggembleng tubuh saya, melatihnya melakukan hal-hal yang harus dilakukan dan bukan hal-hal yang dikehendakinya. Sebab, kalau tidak, saya takut kalau-kalau setelah mempersiapkan orang-orang lain untuk perlombaan, saya sendiri dinyatakan tidak memenuhi syarat, lalu ditolak."
I'm staying alert and in top condition. I'm not going to get caught napping, telling everyone else all about it and then missing out myself. (MSG)
Seperti olahragawan, saya melatih diri dengan keras untuk dapat menguasai tubuh dan pikiran, agar jangan sampai saya sendiri gagal setelah mengajak orang-orang lain masuk dalam perlombaan rohani ini. (TSI)
"You can often help others more by correcting your own faults than theirs. Remember, and you should, because of your own experience, that allowing God to correct your faults is not easy. Be patient with people, wait for God to work with them as He wills" (Sebaiknya, kita mulai menyadari kesalahan-kesalahan kita sendiri daripada melulu melihat atau mengomentari kesalahan-kesalahan orang lain. Bukankah seharusnya kita menyadari kadang kita pun sulit mengakui kesalahan kita sendiri di hadapan-Nya? Karena itu, bersabarlah juga ketika Allah pun sedang memproses kehidupan seseorang yang lainnya). ~ Francois Fenelon
~ FG