Beberapa waktu yang lalu, ketika membeli segelas kopi di sebuah kafe ternama, cukup tertarik juga terhadap jasa mereka yang turut mempekerjakan kaum disabilitas dengan sebutan "teman tuli", yang meskipun menurut pendapat saya pribadi alangkah lebih baiknya apabila diganti dengan sebutan "teman tunarungu" misalnya, namun ternyata tetap demikian saja adanya.
Karena pekerja yang menjadi "teman tuli" sebagai baristanya tidak ingin diperlakukan "spesial", melainkan sama saja seperti terhadap orang-orang pada umumnya, meski ada keterbatasan mungkin dalam berkomunikasi. Namun, poin perenungan yang ingin saya sampaikan bukanlah itu, tetapi lebih tentang niat hati.
Nah, ketika hendak memberikan sejumlah tip bagi barista tersebut, sepertinya saya menyerahkan uang lebih daripada yang saya berniat berikan. Namun, karena faktor komunikasi apa adanya, saya mengangguk-angguk saja kepadanya, yang sebenarnya sedang memastikan bahwa benarkah jumlah tip yang saya serahkan. Setelah transaksi, barulah saya menyadarinya, tetapi biarlah.
Tuhan pun mengingatkan dalam hati saya, "Memangnya tadi berapa niatmu memberikan tipnya?" Sekian, Tuhan, saya bilang. Nah, Ia pun mengingatkan, "Nah, seberapa besar pun tadi kamu mungkin keliru memberikan tip, sessungguhnya nominalnya hanyalah sebesar berapa rupiah niat hatimu sebelumnya ingin memberikan tip."
Langsung saya pun teringat akan pengalaman nyata juga tentang seorang ibu yang "salah jumlah" dalam memasukkan uang ke dalam persembahan, namun Tuhan juga mengingatkannya bahwa sebesar itulah persembahannya yang akan Ia terima, tak peduli seberapa besar dia telah salah mempersembahkan uang persembahan.
Pernahkah Saudara juga mengalaminya, salah dalam memberikan persembahan maupun pemberian lainnya seperti tip yang saya berikan tadi? Tidak masalah seberapa pun jumlahnya yang salah kita mungkin berikan, besarannya pun tetaplah sebesar berapa niat hati yang sesungguhnya ingin kita berikan sebelumnya.
Full Life Note menjelaskan, Tuhan Yesus pernah memberikan pelajaran tentang bagaimana Allah menilai pemberian. Pemberian seseorang ditentukan bukan oleh jumlah yang ia berikan, tetapi oleh jumlah pengorbanan yang terlibat dalam pemberian itu. Prinsip ini dapat diterapkan pada segala pelayanan kita bagi Yesus. Ia menilai pekerjaan dan pelayanan kita tidak berdasarkan ukuran atau pengaruh atau keberhasilannya, tetapi berdasarkan kadar pengabdian, pengorbanan, iman, dan kasih yang tulus yang terlibat di dalamnya.
Mazmur 62:11, "Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya."
Don't try to get rich by extortion or robbery. And if your wealth increases, don't make it the center of your life. (NLT)
Don't trust in your power to take things by force. Don't think you will gain anything by stealing. And if you become wealthy, don't put your trust in riches. (ERV)
"With God, giving is weighed evaluatively, not counted. The widow was praised because she gave sincerely and at some considerable cost to herself." ~ NET Notes
~ FG