Ketika mengajari putra kami berenang di kedalaman air kolam renang 140 sentimeter, dan ia tinggi badannya belum mencapai itu, Jhesua Caleb beberapa lamanya merasa takut serta tak percaya bahwa saya pasti mengawasi dan menjagainya selagi belajar.
Padahal, ia juga masih memakai pelampung, namun apabila sementara saya lepaskan dan menjelaskan cara-cara yang benar, ia tetap merasa takut dan kurang percaya pada papanya yang sudah bisa berenang, serta tentu lebih tinggi daripada kedalaman kolam renang itu.
Namun, saat mengajarinya, Tuhan juga mengingatkan terkadang saya pun demikian terhadap Dia. Takut dan tidak percaya. Maupun kurang percaya pada firman-Nya.
Wajar-wajar saja was-was serta merasakan takut, apalagi jika sesuatu ada di luar kendali, kemampuan maupun mungkin pengalaman kita, tetapi apabila terus-menerus seperti itu, terutama terkait kehidupan rohani kita, serta tidak percaya bahwa Allah terlebih sanggup untuk menolong, membela, memperlengkapi, serta menyertai, maka apakah kita sungguh-sungguh mempercayai Dia maupun firman-Nya?
2 Korintus 5:7 (BSD), "Sebab, hidup kami di dunia ini bergantung pada iman kami kepada Kristus, bukan pada apa yang dapat kami lihat di dunia ini."
Karena itulah saya dan para pelayan Kristus yang lain selalu tabah dengan penuh keyakinan, sebab kami percaya penuh pada semua janji Allah, bukan pada hal-hal yang kelihatan. Kami tahu bahwa selama masih mendiami tubuh duniawi ini, kami belum bisa tinggal bersama Tuhan Yesus. (TSI)
It's what we trust in but don't yet see that keeps us going. (MSG)
Dalam mengarungi luasnya sungai kehidupan ini, dan menghadapi derasnya arus tantangan, percayalah Allah Bapa senantiasa mengawasi, menjaga, dan menyertai setiap kita, anak-anak-Nya.
~ FG