Seorang guru meminta tolong salah satu muridnya untuk membacakan apa yang tertulis pada surat rasul Paulus di 1 Korintus 13:4-7, tentang kasih.
Orang yang mengasihi orang-orang lain, sabar dan baik hati. Ia tidak meluap dengan kecemburuan, tidak membual, tidak sombong. Ia tidak angkuh, tidak kasar, ia tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri, tidak juga cepat tersinggung, dan tidak dendam. Orang yang mengasihi orang-orang lain, tidak senang dengan kejahatan, ia hanya senang dengan kebaikan. Ia tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang bagaimanapun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu. (versi BIS)
Seusai membacakannya, sang guru kemudian meminta tolong agar kata kasih dalam ayat firman Tuhan tersebut, digantikan dengan namanya murid itu sendiri, maupun teman-teman yang lainnya nanti saat membacanya.
"Jika ada bagian yang kira-kira belum sesuai atau terlaksana dalam kehidupan kalian," ingat gurunya, "mungkin itulah yang saat ini Tuhan sedang ingin supaya kalian lakukan."
Sabar?
Murah hati?
Tidak iri?
Tidak sombong?
Sopan?
Tidak mencari keuntungan diri sendiri?
Tidak pemarah atau pendendam?
Manakah yang juga sedang menjadi proses dalam hidup kita masing-masing, saat ini?
Kalau pun aku diberi kemampuan untuk berbicara dalam semua bahasa manusia, bahkan bahasa-bahasa para malaikat, tetapi bila aku tidak mengasihi orang lain, maka aku seperti tong kosong yang nyaring bunyinya— mengucapkan banyak kata, tetapi sama sekali tidak bermanfaat. (1 Korintus 13:1 TSI)
~ FG