Kita mengenal agorafobia (agoraphobia), sebuah sindrom fobia atau rasa takut terhadap keramaian maupun kerumunan orang, terutama yang asing atau tidak familiar. Namun, ternyata ada istilah yang lebih rinci lagi terhadap fobia tersebut, yakni enochlophobia.
Ada seseorang yang pernah mengalaminya. Setiap kali berada di sekitar banyak orang, napasnya mulai tidak teratur, keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.
Seorang teman yang peduli, berupaya menolongnya untuk pulih dari gejala itu. Namun, hampir-hampir tak berjalan dengan baik. Pernah mereka berdua sengaja pergi menonton bioskop bersama, dan sesaaat para penonton lain mulai memasuki ruangan teater, teman yang punya agorafobia maupun enochlophobia tersebut rasanya sangat ingin keluar meninggalkan kursi bioskop.
Namun, sobatnya teringat hobi mereka berdua, golf, mencoba menenangkan dan membuat rekannya itu ingat cara mereka latihan olahraga kaum berduit itu. "Begini, kamu kan tentu ingat, tiap kali bola berada di antara tetumbuhan atau pepohonan, apa yang akan kita lakukan waktu main golf?" tanyanya.
"Cari dan lihat celah atau bukaan (opening) dong," jawabnya.
"Jadi, bukan fokus ke rintangan atau pohon-pohon dan tumbuhannya kan?" tegas temannya.
"Ya, tidaklah. Pasti cari dan lihat celah supaya bisa pukul bola supaya melewatinya."
"Nah… coba hal yang sama, waktu kita ada di keramaian seperti ini, alihkan fokusnya. Bukan ke orang-orang, tapi hal lainnya supaya tidak panik atau khawatir, seperti waktu kita fokus cari dan lihat bukaan atau celah waktu golf," nasihat temannya, menenangkan.
Teman yang fobia itu menjadi lebih tenang, serta melanjutkan menonton hingga usai.
Seperti halnya orang yang sempat alami fobia keramaian atau kerumunan itu, banyak dari kita mungkin masih merasa serta mengalami beberapa rasa takut ataupun kekhawatiran terhadap hal-hal tertentu. Apa itu hanya kita yang tahu. Fokus kita pun sering hanya menekankan pada rasa takut, masalah, maupun hal-hal negatif. Sah-sah saja was-was, waspada, serta berhati-hati, namun satu hal berbeda apabila kita menjadi takut, panik, serta cemas berlebihan dan tak terlalu beralasan.
Terlebih lagi, kita perlu memandang pada tangan pertolongan Tuhan dan janji-janji dalam firman-Nya. Mengapa? Agar kita tidak ciut hati menghadapi serta menjalani hari-hari dengan segala macam persoalan, rintangan, maupun pergumulan yang ada.
Mazmur 119:123, "Mataku sangat merindukan keselamatan dari pada-Mu dan merindukan janji-Mu yang adil."
I can't keep my eyes open any longer, waiting for you to keep your promise to set everything right. (MSG)
Mazmur 141:8 (MILT), "Namun mataku tetap tertuju kepada-Mu, ya ALLAH, Tuhanku; kepada-Mulah aku mencari perlindungan; jangan biarkan jiwaku telanjang."
Tetapi mataku tertuju kepada-Mu, ya Allah, Tuhanku; janganlah mengambil kehidupanku, sebab Engkaulah perlindunganku. (KSKK)
But GOD, dear Lord, I only have eyes for you. Since I've run for dear life to you, take good care of me. (MSG)
Mataku tertuju pada-Mu
S'genap hidupku kus'rahkan pada-Mu
Bimbing aku masuk rencana-Mu
'Tuk membesarkan k'rajaan-Mu
Ku mau mengikuti kehendak-Mu, ya Bapa
Ku mau s'lalu menyenangkan hati-Mu
~ Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
~ FG