Jika ada satu hal yang dapat membuat gelisah, bukankah ketika misalnya hendak menghadapi sebuah eksekusi kematian, seperti misalnya yang pernah dialami oleh Tuhan kita, Yesus Kristus? Namun, justru Ia mengingatkan murid-murid-Nya, maupun kita semua, untuk tidak gelisah—sekalipun nantinya di taman Getsemani Ia pun mencurahkan segenap kegentaran isi hati-Nya di hadapan Bapa.
Mungkin banyak orang yang gelisah hatinya hari-hari ini.
Bagaimana dengan kita?
Ketika seseorang yang kita kasihi mengalami sesuatu yang berat, saat rancangan kita tidak sejalan dengan apa yang kita harap-harapkan, dan sewaktu ada hal buruk yang mungkin melanda, apakah kita ujug-ujug langsung menyatakan kepanikan, kebimbangan, serta kekecewaan, ataukah sejenak mau berdiam diri, berdoa, serta percaya, dan menyerahkannya kepada Allah?
Meski merasa gelisah adalah suatu respons yang manusiawi dan wajar, namun maukah kita belajar untuk tidak gelisah? Sebab Tuhan Yesus sendiri pun yang memintanya. Percayalah kepada-Nya. Jika kita percaya pada Tuhan Yesus, kita pun percaya pada Allah Bapa.
Yohanes 14:1 (TSI), "Kemudian Yesus berkata kepada kami murid-murid-Nya, 'Jangan bersusah hati. Teruslah percaya kepada Allah dan kepada-Ku juga.'"
Set your troubled hearts at rest. Trust in God always; trust also in me. (REB)
You must not let yourselves be distressed, you must hold on to your faith in God and to your faith in me. (Phillips NT)
Jika saat ini ada hal yang hendak membuat kita gelisah, maukah untuk belajar percaya serta berserah saja pada-Nya?
1 Petrus 5:7 (TSI), "Serahkanlah kepada Allah semua masalah yang membuatmu kuatir, karena Dia peduli padamu."
Give all your worries and cares to God, for he cares about what happens to you. (NLT)
You can throw the whole weight of your anxieties upon him, for you are his personal concern. (Phillips NT)
~ FG