Hari ini, kita akan kembali sejenak belajar tentang beberapa ayat dalam Kidung Agung, sebuah kitab yang mungkin sukar untuk kita nalar atau pahami, namun kiranya hal ini dapat membuka hati maupun pengertian kita terhadap firman-Nya.
"Bangunlah, hai angin utara, dan marilah, hai angin selatan, bertiuplah dalam kebunku, supaya semerbaklah bau rempah-rempahnya! Semoga kekasihku datang ke kebunnya dan makan buah-buahnya yang lezat." (Kidung Agung 4:16)
Menurut referensi versi The Passion Translation, ayat di atas juga merupakan gambaran Taman Eden atau Firdaus. Pertanyaannya, apakah kehidupan kita saat ini seperti gambaran surga yang penuh damai sejahtera, ataukah bak neraka yang berisi iri hati, pementingan diri sendiri, dengki, kacau balau, serta segala macam kejahatan?
Hal yang juga menarik perhatian saya adalah ayat-ayat berikutnya.
"Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. 'Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!'" (Kidung Agung 5:2)
Frasa di atas, 'kepalaku penuh embun', 'rambutku penuh tetesan embun malam' merupakan gambaran serta mengandung makna ketika Tuhan Yesus berada di taman Getsemani, berdoa, sampai menitikkan keringat darah atau mengalami hematidrosis. Ia terbiasa berdoa, bahkan semalam-malaman berdoa, bahkan ketika murid-murid-Nya malah pulas tertidur. Ia pun masih berdoa sampai sekarang sebagai Perantara bagi kita kepada Bapa di surga. Bagaimana dengan kita, masihkah mau merelakan waktu untuk berdoa, maupun menaikkan doa syafaat bagi orang-orang lain?
"Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?" (Kidung Agung 5:3)
Sedikit bahasan lagi pada ayat 3.
Jubah atau baju biasanya merupakan gambaran kebenaran dalam Alkitab. Karena itu, jika jubah atau pakaian kotor merupakan perlambang ketidakbenaran maupun pembenaran diri sendiri, maka sebaliknya jubah atau pakaian putih adalah lambang kebenaran.
Karena itu, arti menanggalkan baju pada ayat di atas ialah simbol bahwa saat kita mengaku percaya Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, serta makin berusaha untuk mengenal Dia lebih dalam lagi, maka kita akan menanggalkan kebenaran diri sendiri, lalu mengenakan jubah kebenaran-Nya, kebenaran yang sejati. Masihkah kita mau hidup dalam kebenaran?
~ FG