Kita tahu, Tuhan membenci kesombongan, apalagi kesombongan karena merasa diri yang lebih baik daripada orang lain. Seperti yang pernah dianalogikan oleh Tuhan:
Lukas 18:10-14, "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Meski orang Farisi benar dalam pemandangannya sendiri, tetapi penilaian Allah terhadapnya berbeda. Andrew Murray menyebutnya sebagaiĀ holiness prideĀ atau kesombongan akan kekudusan diri sendiri.
Catatan Full Life menjelaskan, orang Farisi menganggap dirinya benar karena usahanya sendiri, tidak menyadari kelemahan ataupun ketidaklayakan di hadapan Allah, bahwa hanya oleh kasih karunia-Nyalah, maka kita dapat tetap hidup dalam kebenaran. Sementara itu, sang pemungut cukai yang sadar akan dosanya dan keberadaannya, ingin untuk bertobat dan memohon pengampunan dari Allah.
Kita ingat, seseorang yang sangat suci saja merasa serta mengaku dirinyalah yang paling berdosa. Dengan kata lain, justru orang yang mau merendahkan diri dan hatilah yang suci.
1 Timotius 1:15 (TSI), "Jadi, perkataan ini sungguh benar dan pantas dipercaya sepenuhnya: Kristus Yesus sudah datang ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Di antara orang-orang berdosa itu, sayalah yang paling berdosa."
Betapa benarnya hal itu dan betapa aku ingin agar semua orang mengetahui bahwa Kristus Yesus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan orang berdosa; dan di antara semuanya akulah orang yang paling berdosa. (FAYH)
Here is a saying you may trust, one that merits full acceptance: "Christ Jesus came into the world to save sinners"; and among them I stand first. (REB)
Apalagi, Tuhan Yesus datang bukan untuk menyelamatkan orang benar, melainkan orang yang berdosa. Karena itu, masihkah kita mau menyombongkan dan merasa benar sendiri, serta selalu lebih baik daripada orang-orang lain?
Matius 2:17 (TSI), "Mendengar perkataan mereka, Yesus menjawab, 'Orang sehat tidak memerlukan dokter. Yang memerlukan dokter adalah orang sakit. Karena itu Aku datang untuk memanggil orang-orang berdosa supaya bertobat, bukan untuk orang-orang yang merasa dirinya benar!'"
Dan setelah mendengar hal itu, YESUS berkata kepada mereka, "Mereka yang sehat tidak mempunyai kebutuhan akan tabib, melainkan mereka yang menderita sakit. Aku datang tidak untuk memanggil yang benar melainkan yang berdosa ke dalam pertobatan." (MILT)
Ketika Yesus mendengar perkataan mereka, Ia berkata, "Orang sakitlah yang memerlukan dokter, bukan yang sehat! Aku datang bukan bagi orang baik, melainkan bagi orang jahat, untuk memperingatkan mereka supaya bertobat." (FAYH)
Lukas 18:11 (BSD), "Orang yang taat kepada agama itu berdiri menyendiri dan berdoa, 'Ya Tuhan, saya mengucapkan terima kasih kepada-Mu, sebab saya tidak seperti orang lain. Saya tidak serakah, tidak curang dan saya setia kepada istri saya. Saya mengucapkan terima kasih, sebab saya tidak seperti penagih pajak itu. Saya melakukan lebih daripada yang diperintahkan Tuhan.'"
The Pharisee took his stand ostentatiously and began to pray thus before {and} with himself: God, I thank You that I am not like the rest of men--extortioners (robbers), swindlers [unrighteous in heart and life], adulterers--or even like this tax collector here. (AMP)
Lukas 18:13 (TSI), "Sementara itu, penagih pajak berdiri agak jauh dari orang-orang lain. Dia tidak berani memandang ke langit seperti kebiasaan orang Yahudi waktu berdoa, tetapi dengan sangat sedih dan menyesal dia menundukkan kepalanya sambil berdoa, 'Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini!'"
But the tax collector, [merely] standing at a distance, would not even lift up his eyes to heaven, but kept striking his breast, saying, O God, be favorable (be gracious, be merciful) to me, the especially wicked sinner that I am! (AMP)
But the tax collector stood far from the other people in the Temple courtyard because he felt very unworthy. He would not even look up toward heaven. Instead, he beat on his chest to show that he was sorry for his sin. He said, 'God, I am a sinner; be merciful to me and forgive me!'" (DEIBLER)
~ FG