Adakah di antara kita yang sempat mengalami masa-masa adanya wartel atau warung telekomunikasi? Tentu berbeda dari warteg atau warung Tegal yang menyajikan menu makanan, wartel yang kita tahu ialah sebuah usaha yang menyediakan jasa telepon bagi orang-orang untuk berkomunikasi, baik secara lokal, interlokal, maupun internasional.
Di saat-saat itu, mungkin masih sangat jarang ataupun belum terlalu banyak orang yang memiliki alat telekomunikasi secanggih sekarang berupa HP atau telepon seluler. Bahkan, sebagian besar kita ada yang hanya mampu saling mengirim surat untuk memberi, maupun menanyakan kabar, dan hal lainnya dengan orang-orang terdekat, terkasih serta keluarga.
Jika kita renungkan, kerinduan atau rasa rindu yang ada antara keluarga waktu itu juga pasti sangat besar, ataupun lebih besar daripada saat-saat ini, di mana komunikasi sudah begitu mudah dilakukan. Jarak jauh, bahkan luar negeri, sudah tidak terlalu terasa jauhnya, bukan?
Nah, renungan hari ini mengajak kita untuk jangan sampai kehilangan rasa rindu, terutama terhadap hadirat Tuhan dalam hidup maupun keseharian kita. Apa pun dapat serta boleh saja terjadi di luar keinginan ataupun rencana dan harapan, namun kiranya kita tetap memiliki kerinduan terhadap kehadiran-Nya, melakukan kehendak-Nya, maupun untuk selalu menyenangkan hati-Nya.
Jika mau jujur, bagaimana dengan kita saat ini? Masihkah ada rasa rindu yang seperti itu?
Mengikut Yesus itulah kesukaan hatiku
Kulepas semua hakku untuk mengenal kehendak-Nya di hidupku
Mengiring Yesus itulah kekuatan hidupku
Kuyakin anugerah-Nya mampu jadikanku hamba yang berkenan selalu
Kidung Agung 6:3, "Aku kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku kekasihku, yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung."
Aku adalah milik kekasihku, dan kekasihku adalah milikku. Ia menggembalakan kawanan dombanya di antara bunga-bunga bakung. (FAYH)
I am fully devoted to my beloved,
and my beloved is fully devoted to me. (TPT)
~ FG