Kita mungkin sering membaca Ibrani 11, yaitu tentang iman maupun saksi-saksi iman.
Ibrani 11:1 (BIS), "Beriman berarti yakin sungguh-sungguh akan hal-hal yang diharapkan, berarti mempunyai kepastian akan hal-hal yang tidak dilihat."
APAKAH iman itu? Iman ialah keyakinan bahwa apa yang kita inginkan akan terlaksana. Iman ialah kepastian bahwa yang kita harapkan sudah menantikan kita, walaupun hal itu belum dapat kita lihat sekarang. (FAYH)
Apa artinya percaya kepada Allah? Percaya kepada Allah berarti sungguh-sungguh yakin akan apa yang diharapkan. Berarti juga merasa pasti akan apa yang tidak kelihatan. (BSD)
Ibrani 11:3, "Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat."
Dengan percaya penuh, kita mengerti bahwa Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi hanya dengan perkataan-Nya. Segala sesuatu yang kelihatan ini diciptakan dari hal-hal yang tidak kelihatan. (TSI)
Karena iman -- karena percaya kepada Allah -- kita tahu bahwa dunia dan bintang-bintang, bahkan segala sesuatu, dijadikan atas perintah Allah, dan bahwa semua itu dijadikan dari yang tidak ada. (FAYH)
Dalam daftar contoh para saksi atau teladan iman pada Ibrani 11 tersebut pun, ada Habel adik Kain yang mempersembahkan korban persembahan yang lebih berkenan, Henokh yang diangkat oleh Tuhan karena ia berkenan kepada-Nya, Nuh yang taat penuh pada detail perintah Allah untuk membuat bahtera, Abraham serta Sara yang tetap setia memegang janji Tuhan, Ishak, Yakub, Yusuf, bahkan Rahab, Simson, Yefta, Daud, dan lainnya.
Saat ini, Tuhan mungkin mengingatkan kembali dalam hati kita masing-masing, maukah kita termasuk salah satu di antaranya sebagai saksi-saksi iman?
Ibrani 11:6 (TSI), "Jelaslah bahwa tanpa percaya penuh, kita tidak mungkin menyenangkan hati-Nya. Karena setiap orang yang mau datang kepada Allah harus percaya bahwa Dia benar-benar ada dan Dia memberkati setiap orang yang sungguh-sungguh mencari-Nya."
Saudara tidak mungkin menyukakan hati Allah tanpa iman, tanpa bergantung kepada-Nya. Barangsiapa ingin datang kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Ia memberkati orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (FAYH)
It's impossible to please God apart from faith. And why? Because anyone who wants to approach God must believe both that he exists and that he cares enough to respond to those who seek him. (MSG)
Yakobus 5:17 (TSI), "Contohnya Elia. Dia hanya orang biasa sama seperti kita, tetapi dia berdoa dengan sungguh-sungguh supaya hujan tidak turun, dan hujan betul-betul tidak turun di negerinya selama tiga tahun enam bulan!"
Elia adalah seorang yang sama alamiahnya dengan kita. Dan dia telah memohon dalam doa agar tidak turun hujan, dan hujan tidak turun ke bumi selama tiga tahun dan enam bulan. (MILT)
Elijah was a human being with a nature such as we have [with feelings, affections, and a constitution like ours]; and he prayed earnestly for it not to rain, and no rain fell on the earth for three years and six months [I Kings 17:1]. (AMP)
Tuhan Yesus sendiri pun pernah mengingatkan tentang iman, dalam Lukas 18:8, adakah Ia mendapati iman di bumi pada waktu kedatangan-Nya yang kedua kali? Pertanyaan Tuhan menunjukkan kejahatan akan menjadi begitu bersemarak, sehingga banyak orang mungkin meninggalkan iman yang sejati.
Bagaimana dengan Saudara dan saya, akankah tetap bertekun dalam iman? Bergantung, berserah, serta senantiasa berseru dalam doa kepada-Nya? Ataukah justru malah sebegitu sangat sibuknya dengan berbagai hal dalam kehidupan ini, sehingga tidak lagi merindukan kehadiran maupun kedatangan-Nya kembali?
~ FG