Siapa berani tampil beda, memakai sepatu yang beda warna antara kiri dengan yang kanan?
Menteri luar negeri kita saat ini, yang terhormat Ibu Retno Marsudi, berani!
Bukan salah pakai—walau mungkin kita sendiri pernah mengalami waktu memakai sandal jepit—ataupun sekadar ikut tren, melainkan sebagai perempuan pertama yang menjabat menlu RI tersebut berkata, itu bentuk dukungan gerakan menghargai perbedaan, yang dipelopori Dr. Arlene Kaiser.
Ibarat hal tersebut, meski ada perbedaan, tentu tidak mungkin kaki kanan hendak melangkah ke mana, kaki kiri mau melangkah ke mana, melainkan mesti satu tujuan melangkah bersama, demikian pula walau mungkin terdapat perbedaan pendapat, antara suami-istri misalnya, maupun dalam pertemanan, janganlah sampai timbul perselisihan berlama-lama. Tetaplah memandang dan berjalan mencapai satu tujuan yang baik.
Bahkan, apabila ada di antara pasangan suami-istri yang merasa harus selalu—HARUS, SELALU—sepakat dan tidak boleh beda pendapat di semua hal, maka sesungguhnya salah satu dari mereka tidak diperlukan, bukan? Sebab, kita dapat memberikan saran ataupun masukan, serta kritik yang membangun demi kebaikan bersama.
Roma 12:18 (Shellabear), "Jika mungkin, yaitu apabila bergantung kepadamu, hendaklah kamu hidup damai dengan semua orang."
As far as your responsibility goes, live at peace with everyone. (Phillips NT)
Live peacefully with other people whenever it is possible, to the extent that you can control the situation. (DEIBLER)
"The Family that prays together, stays together" (Keluarga yang berdoa bersama, akan tetap bersama). ~ Pope John Paul II
~ FG