Roma 1:22, "Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh."
Seolah-olah, berarti hanya gayanya, dan sering kali tampilan luar saja, padahal kenyataan sesungguhnya tidaklah demikian.
Kita diingatkan hari ini, bukan pada masa rasul Paulus saja, melainkan kita juga saat ini, untuk tidak hidup seolah-olah berhikmat ataupun bijaksana, melainkan bersungguh-sungguh dalam mencari serta meminta hikmat Tuhan, dan mau hidup bijak.
Dengan mengaku bijaksana tanpa Allah, mereka sebenarnya menunjukkan kebodohan. (FAYH)
They pretended to know it all, but were illiterate regarding life. (MSG)
Mengapa hikmat Allah penting? Karena untuk menjalani hidup yang penuh arti, atau bermakna, serta saleh.
John Wycliffe pernah mengungkap, pikiran yang sia-sia akan menghasilkan objek-objek penyembahan yang sia-sia pula, yang terhadapnya kita menyembah. Kemudian, tidak memuliakan, memuji, menghormati ataupun meninggikan Allah, serta tidak mengucap syukur kepada-Nya.
Amsal 4:5 (FAYH), "Hendaklah engkau bijaksana, dan kembangkanlah pengertian serta akal budi. Ini penting sekali."
Get skillful and godly Wisdom, get understanding (discernment, comprehension, and interpretation); do not forget and do not turn back from the words of my mouth. (AMP)
Be wise and learn good sense; remember my teachings and do what I say. (CEV)
Amsal 4:7 (BIS), "Hal terpenting yang harus pertama-tama kaulakukan ialah berusaha menjadi bijaksana. Apa pun yang kaukejar, yang terutama ialah berusahalah untuk mendapat pengertian. "
Hikmat dimulai ketika engkau memutuskan untuk mencarinya. Jadi, gunakanlah sesuatu yang engkau miliki untuk memperolehnya. (VMD)
The beginning of Wisdom is: get Wisdom (skillful and godly Wisdom)! [For skillful and godly Wisdom is the principal thing.] And with all you have gotten, get understanding (discernment, comprehension, and interpretation). (AMP)
Janganlah seolah-olah, melainkan benar-benarlah!
~ FG