Pem-bully-an atau persekusi dan penindasan merupakan suatu hal yang sangat tidak mengenakkan. Jika bullying di kehidupan sehari-hari seperti di sekolah, perkantoran maupun lainnya saja sudah sangat menyusahkan, apalagi menemukannya dalam kehidupan rohani. Maksudnya, bidang yang semestinya tidak melakukan hal tersebut, malah justru mempraktikkannya. Lagipula, bukankah sesungguhnya semuanya juga termasuk di kehidupan sehari-hari? Dengan kata lain, tidak ada lagi pemisahan antara sekuler maupun rohani, sebab keduanya saling berpengaruh.
Pertanyaannya, apakah kita menjadi pelaku hal yang salah tersebut, ataukah pihak yang mengalami?
Jika kita merasa tidak berdaya, marah, serta kecewa ketika mengalaminya, ataupun mungkin rasanya ingin membalas ataupun membela diri, bayangkan dan renungkanlah betapa penderitaan Tuhan Yesus ketika mengalami semua itu, bahkan yang jauh lebih parah!
Yesus juga dikritik, dikecam, dibantah. Bahkan, diludahi, dan ditinju muka-Nya.
Kiranya kita pun beroleh kekuatan, ketenangan, serta kedamaian saat mesti menanggung berbagai pergumulan yang ada.
Ibrani 12:3 (TSI), "Karena itu, renungkanlah selalu teladan Yesus: Betapa Dia berdiri teguh ketika orang-orang berdosa menghina dan menganiaya-Nya dengan amat kejam. Bila kita meneladani Yesus, kita tidak akan mudah lemah dan putus asa."
Think about Jesus. He was patient while sinful men were doing bad things against him. Think about him, so that you also will be patient and not stop trying. (EVD)
When you find yourselves flagging in your faith, go over that story again, item by item, that long litany of hostility he plowed through. [That] will shoot adrenaline into your souls! (MSG)
Jika kita pun merasa terlalu sulit meneladan Dia, setidaknya kita dapat melihat teladan kehidupan hamba-hamba-Nya yang lainnya, seperti Yusuf ketika masih dikurung di tempat tahanan-tahanan raja, ataupun lainnya. Bahkan sesungguhnya, mungkin sudah saatnyalah kita yang menjadi teladan bagi banyak orang lain yang melihat kehidupan kita yang tetap berjuang, percaya, dan berserah pada Allah.
2 Korintus 12:10 (BSD), "Jadi, saya gembira memiliki kelemahan-kelemahan dalam diri saya. Saya juga gembira kalau saya dijelek-jelekkan, mengalami kesulitan dan dianiaya oleh karena melakukan pekerjaan Kristus. Pada waktu saya lemah itulah, saya merasa lebih kuat."
Karena saya tahu bahwa semua itu bagi kepentingan Kristus, maka saya tidak berkecil hati mengenai "duri itu", dan mengenai penghinaan, kesukaran serta penganiayaan. Sebab, apabila saya lemah, saya menjadi kuat. Makin sedikit yang saya miliki, makin banyak saya menggantungkan diri kepada-Nya. (FAYH)
Now I take limitations in stride, and with good cheer, these limitations that cut me down to size--abuse, accidents, opposition, bad breaks. I just let Christ take over! And so the weaker I get, the stronger I become. (MSG)
~ FG