Matius 27 : 39 – 42, "Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya."
Banyak dari kita yang mungkin seperti orang-orang maupun imam-imam kepala, para ahli Taurat, serta bahkan tua-tua atau pemimpin-pemimpin Yahudi di atas. Mungkin bukan pada bagian menghujat ataupun mengolok-olok, dan tidak mempercayai Dia.
Melainkan pada bagian menyuruh-Nya turun, bukan karena --sekali lagi-- tidak percaya ataupun tidak malu mengakui-Nya di depan umum, tetapi seolah-olah kita yang ingin menggantikan posisi Dia dengan naik dan mengambil atau menerima semua kemuliaan, sorotan, serta tempat yang utama, tanpa mau memikul salib ataupun penderitaan yang harus kita tanggung bersama Dia.
Selain itu, mereka yang meminta-Nya supaya turun dan menyelamatkan diri-Nya tidaklah menyadari bahwa hanya dengan tetap berada di atas kayu salib serta menyerahkan tubuh-Nya untuk disalibkan dan mati itulah Ia menggenapi misi-Nya untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, mengalami kebangkitan, bahkan memberikan kehidupan yang kekal.
Dengan tergantung dalam keadaan menyedihkan, berlumur darah, penuh luka, ditonton orang, berjam-jam lamanya badan-Nya merasakan sakit parah, lengan-Nya lelah, otot-otot yang kejang, kulit tercabik-cabik dari punggung-Nya terasa perih, dan merasa sangat haus, Tuhan Yesus tetap sadar menanggung makian dan cemoohan mereka.
Masihkah Tuhan Yesus menjadi Tuhan di dalam hati dan hidup kita, serta yang terutama bagi kita? Bagaimana dengan aktivitas kita di sosial media, pekerjaan, pelayanan, pendidikan, usaha, maupun keluarga kita? Marilah tetap memberikan Dia tempat yang utama dalam segala sesuatu yang kita kerjakan, sebab Dia lebih berharga daripada segala-galanya di hidup ini.
Lukas 23 : 34 (FAYH), "'Bapa, ampunilah orang-orang ini,' kata Yesus, 'sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.' Lalu para prajurit membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi."
Jesus said, "My Father, forgive them, because they do not realize whom they are doing this to." Then the soldiers divided his clothing by gambling with something like dice, to decide which piece of clothing each one would get. (DEIBLER)
~ FG